Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 48. Sukma Naga Kumala

26 Agustus 2024   14:52 Diperbarui: 28 Agustus 2024   11:47 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar dokpri

Seluruh keluarga Ki demang Sentika berkumpul di ruang tengah rumah besar itu, untuk menikmati sarapan pagi bersama Tumenggung Gajah Alit, Mpu Barada dan senopati Wira Manggala Pati. Sekar Sari sibuk membantu para pelayan dapur untuk mempersiapkan seluruh hidangan. Gadis itu sangat senang hatinya bisa bertemu kembali dengan ayahandanya.

Setelah sarapan pagi usai mereka masih berbincang tentang berbagai hal. Sekar Sari kini ikut duduk dalam lingkaran keluarga ki demang dan para tamunya.

"Kapan ayah ingin bertemu dengan Sekar Arum ?" Tanya Sekar Sari.

"Kapan lagi kalau nggak hari ini ? Akupun rindu sekali dengannya. Bertahun-tahun kita tidak bertemu." Jawab Ki Ageng Gajah Alit.

"Jika demikian akan aku antar ayah bersama kakang Handaka. Mungkin Ki demang Sentika juga akan ikut ayah." Kata Sekar Sari. Ki  Ageng Gajah Alit mengangguk-anggukkan kepala.

"Apakah sejak Medang Kamulan runtuh, keluarga Ki Ageng berpecah belah ?" Tanya Mpu Barada.

"Benar Mpu. Saat itu aku mendampingi Prabu Darmawangsa, menghadapi pasukan penyerbu masuk istana. Namun Sang Prabu tak berkenan, beliau memaksaku untuk pergi dari medan pertempuran. Ia perintahkan aku agar mencari Pangeran Erlangga berada. Dan membantunya kelak merebut tahta.." Jawab Ki Ageng Gajah Alit.

"Saat aku pulang ke katumenggungan, ternyata rumah itu sudah terbakar. Aku cari isteri dan anak-anakku namun tak dapat aku temukan. Prajurit pengawalku tak mampu menghadang pasukan penyerbu. Bahkan pemimpinnya sampai terpotong tangannya." Lanjut Ki Ageng Gajah Alit sambil memandang senopati Wira Manggala Pati.

Mata Mpu Barada mengikuti arah pandang Bekas tumenggung Medang Kamulan itu. Baru ia tahu riwayat hubungan Ki Ageng Gajah Alit dengan senopati Wira Manggala Pati. Senopati itu ternyata bekas pemimpin pengawal tumenggung Gajah Alit.

Merasa dijadikan topik perbincangan, senopatipun mengungkapkan isi hatinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun