PENGARUH PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH TERHADAP KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK LOGARITMA KELAS X SMA
NEGERI 1 BENDAHARA TAHUN 2011
SKRIPSI
Di susun oleh :
WAHYU FITRIA
Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Zawiyah Cot Kala Langsa
Jurusan/Prodi : Tarbiyah/PMA
Nomor Pokok : 130700102
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI.............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL..................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. vii
ABSTRAK................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
Latar Belakang Masalah......................................................................... 1
Rumusan Masalah.................................................................................. 5
Tujuan Penelitian.................................................................................... 5
Manfaat Penelitian................................................................................. 6
Hipotesis................................................................................................ 7
Penjelasan Istilah.................................................................................... 7
Pembatasan Masalah.............................................................................. 8
BAB II LANDASAN TEORI................................................................... 9
A. Kompetensi......................................................................................... 9
Pengertian Kompetensi..................................................................... 9
Tujuan Kompetensi........................................................................... 10
Klasifikasi Kompetensi..................................................................... 12
B. Pengertian Belajar dan Pembelajaran............................................. 13
a. Pengertian Belajar............................................................................. 13
b. Pengertian Pembelajaran ................................................................... 14
C. Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Tehnik dan Model
Pembelajaran .................................................................................... 15
D. Tujuan Pembelajaran di SMA............................................................. 18
E. Pembelajaran Berdasarkan Masalah.................................................. 20
Pengertian Pembelajaran Berdasarkan Masalah............................... 20
Ciri-ciri Pembelajaran Berdasarkan Masalah..................................... 21
Tujuan Pembelajaran Berdasarkan Masalah...................................... 22
Tahap-Tahap pembelajaran Berdasarkan Masalah............................. 23
Penerapan Pendekatan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Dalam Kelas...................................................................................... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................... 25
A. Lokasi Dan Waktu Penelitian............................................................. 25
B. Populasi Dan Sampel Penelitian......................................................... 25
C. Metodologi Penelitian Dan Variabel Penelitian................................. 25
D. Tehnik Pengumpulan Data Dan Instrumen Penelitian....................... 26
E. Langkah-langkah Penelitian............................................................... 30
F. Tehnik Analisis Data......................................................................... 31
1.Uji homogenitas……………………………………………………… 31
2. Uji normalitas………………………...……………………………… 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……………….. 35
A. Hasil Penelitian................................................................................... 35
B. Uji Prasyarat Analisis Data................................................................. 36
a. Uji Homogenitas………………………………………..………. 36
b. Uji Normalitas …………………………………………………. 45
C. Pengujian Hipotesis………………………………………………… 48
D. Pembahasan…………..…………………………………………….. 50
BAB V PENUTUP.................................................................................... 53
A. Kesimpulan .......................................................................................... 53
B. Saran..................................................................................................... 53
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 54
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIODATA PENELITI
ABSTRAK
Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pembelajaran secara individu maupun kelompok yang dimana seorang siswa harus mampu memecahkan masalah yang dapat ia kembangkan dan terapan dalam kehidupan sehari-hari. Hasil pengamatan awal peneliti di SMA Negeri 1 Bendahara di dapat bahwa siswa kelas X kurang menguasai materi pelajaran matematika, hal ini umumnya disebabkan oleh sikap siswa yang malas memperhatikan atau menyimak ketika guru menerangkan materi pelajaran dan siswa tidak mau bertanya jika ada hal yang tidak dimengerti serta mungkin disebabkan juga oleh penggunaan model pembelajaran dari materi tersebut, sehingga menyebabkan rendahnya konpetensi belajar siswa. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh pembelajaran berdasarkan masalah dan peningkatan terhadap kompetensi belajar siswa pada materi logaritma kelas X SMA Negeri 1 Bendahara.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan rancangan pre-tes dan post tes. Penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Bendahara, yang berjumlah 210 orang yang teriri dari 6 kelas. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan tehnik random sampling dan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 2 kelas yaitu kelas X2 sebagai kelas eksperimen dengan jumlah 30 siswa dan X4 sebagai kelas control dengan jumlah 31 siswa. Instrumen yang digunakan adalah tes berbentuk uraian dengan jumlah 5 soal.
Dari hasil penelitian pada kelas eksperimen diperoleh nilai rata-rata siswa 73,03, sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol 61,93. Berdasarkan hasil analisis data pada taraf signitifikan 0,05, diperoleh thitung = 4,12 dan ttabel =2,002, maka thitung > ttabel yang berarti hipotesis diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pembelajaran berdasarkan masalah dan peningkatan terhadap kompetensi belajar siswa pada materi logaritma kelas X SMA Negeri 1 Bendahara. Dengan demikian, disarankan dalam proses belajar mengajar agar guru menggunakan pembelajaran berdasarkan masalah sehingga dapat meningkatkan kompetensi belajar siswa.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan yang begitu pesat. setiap negara berusaha mempersiapkan diri untuk dapat bersaing dengan negara lainnya. salah satu usaha yang dilakukan adalah meningkatkan sumber daya manusia yang tepat dilaksanakan lewat jalur pendidikan oleh karena itu kemajuan dibidang pendidikan sangat penting karena dapat menentukan kemajuan suatu bangsa.
Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) merupakan suatu paradigma baru dalam sistem pembaharuan kurikulum pendidikan disekolah. Munculnya kurikulum berbasis kompetensi didasari oleh lemahnya kemampuan lulusan sekolah kurang memiliki kemampuan taksonomi yang diharapkan baik kognitif, afektif, maupun secara psikomotorik. Kurikulum berbasis kompetensi dimunculkan dengan harapan agar lulusan sekolah mampu menjadi lulusan yang memiliki ketempilan sehingga dia mampu “hidup” kapan dan dimanapun berada. Di sisi lain, kurikulum berbasis kompetensi merupakan suatu kebijakan pemerintah untuk memberikan kebebasan pengelolaan pendidikan.[1]
Pendekatan yang digunakan dalam Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sama dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK), yakni memposisikan siswa sebagai subyek didik bukan sebagai obyek didik, dimana siswa lebih dominan dalam proses pembelajaran.hal ini didasarkan pada suatu pandangan bahwa siswa memiliki potensi untuk berkembang dan berfikir mandiri. Potensi ini akan berkembang jika mereka (siswa) diberi kebebasan dan kesempatan untuk berfikir mandiri tanpa perlu didekte lagi.
Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang bersifat dinamis, berkembang, dan dapat diraih setiap waktu. Kebiasaan berfikir dan bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan keterampilan, nilai dan sikap dasar dalam melakukan sesuatu.
Kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi, tujuan yang harus dicapai oleh siswa dirumuskan dalam bentuk kompetensi. Dalam konteks pengembangan kurikulum kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Yang merefleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Seseorang yang telah memiliki kompetensi dalam bidang tertentu bukan hanya mengetahui, tetapi juga memahami dan menghayati bidang tersebut yang tercermin dalam pola prilaku sehari-hari.
Matematika merupakan salah satu pengetahuan dasar yang memiliki peranan penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang sesuai dengan perkembangan teknologi. Matematika dapat membentuk kemampuan berfikir logis, kritis, kreatif, serta dinamis, sehingga manusia mampu menentukan ide-ide baru yang dapat berguna bagi kepentingan teknologi yang mempunyai peran penting bagi perbaikan hidup manusia.
Banyak orang telah mengakui manfaat dan bantuan matematika, namun tidak sedikit juga orang yang berpendapat bahwa matematika itu tidak menarik, sukar, membingungkan dan membosankan. Pendapat itu muncul karena hampir setiap orang pernah mengalami kesukaran dalam mempelajari matematika di bangku sekolah.
Agar matematika tidak menjadi hal yang menakutkan bagi siswa, maka tugas guru menanamkan keyakinan pada diri siswa bahwa matematika bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan dan menarik bagi siswa, maka hendaklah matematika itu diajarkan sejak dini dengan metode penyampaian yang tepat, seperti yang dikatakan simanjuntak “hendaknya sejak dini konsep-konsep matematika itu dapat diajarkan oleh guru dengan metode dan penyampaian yang tepat, sehingga siswa diharapkan dapat menguasai dengan baik suatu materi matematika yang selanjutnya dapat menjadi dasar untuk materi selanjutnya yang lebih sukar”.[2]
Salah satu pelajaran pokok dalam pelajaran matematika di SMA Kelas X semester satu adalah logaritma. Pada materi pokok ini siswa dituntut untuk memiliki kompetensi dasar yaitu menggunakan konsep logaritma dalam pemecahan masalah dan dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sifat-sifat logaritma, namun sering dijumpai dalam proses belajar matematika, siswa masih kesulitan dan mengeluh dalam memahami dan menyelesaikan soal-soal logaritma.
Branca (dalam wina) menyatakan bahwa kemampuan memecahkan masalah adalah tujuan umum dalam pengajaran matematika dan bahkan sebagai jantungnya matematika.[3] Oleh karena itu, kemampuan memecahkan masalah hendaknya diberikan, dilatihkan, dan dibiasakan kepada peserta didik sedini mungkin.
Soedjadi menyatakan bahwa: “melalui pelajaran Matematika diharapkan dan dapat ditumbuhkan kemampuan-kemampuan yang lebih bermanfaat untuk mengatasi masalah-masalah yang diperkirakan akan dihadapi peserta didik di masa depan”.[4] Kemampuan tersebut diantaranya adalah kemampuan memecahkan masalah. Lebih lanjut Ruseffendi menyatakan bahwa: “kemampuan memecahkan masalah amatlah penting, bukan saja bagi mereka yang dikemudian hari akan mendalami matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan menerapkannya, baik dalam bidang studi lain maupun dalam kehidupan sehari-hari”.[5]
Hingga saat ini, keterampilan berpikir dan memecahkan masalah peserta didik di SMA Negeri I Bendahara belum begitu membudaya. Kebanyakan peserta didik terbiasa melakukan kegiatan belajar berupa menghafal tanpa dibarengi pengembangan keterampilan berpikir dan memecahkan masalah. Untuk menyikapi permasalahan ini maka perlu dilakukan upaya pembelajaran berdasarkan teori kognitif yang di dalamnya termasuk teori belajar konstruktivis. Menurut teori konstruktivis keterampilan berpikir dan memecahkan masalah dapat dikembangkan jika peserta didik melakukan sendiri, menemukan, dan memindahkan kekomplekan pengetahuan yang ada.
Mengingat bahwa pembelajaran yang di ajarkan oleh guru di SMA Negeri 1 Bendahara biasanya menggunakan pembelajaran konvensional dan diskusi guna untuk meningkatkan kompetensi belajar siswa. Maka atas dasar inilah penulis tertarik untuk mengambil suatu pembelajaran berdasarkan masalah guna untuk meningkatkan kompetensi belajar siswa pada materi logaritma di SMA Negeri 1 Bendahara, pada penelitian ini, seiring dengan tuntutan di atas seorang pendidik juga harus mempersiapkan lulusan pendidikan yang dapat menjawab tantangan zaman dan perubahan sosial. Melihat peran guru yang dominan untuk mencapai kompetensi belajar siswa, maka atas dasar itulah permasalahan di atas penulis mencoba mengangkat sebuah judul “ Pengaruh pembelajaran berdasarkan masalah terhadap kompetensi belajar siswa pada materi logaritma kelas X SMA Negeri 1 Bendahara”.
2. Rumusan Masalah
- Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
- Adakah pengaruh pembelajaran berdasarkan masalah terhadap kompetensi belajar siswa pada materi logaritma kelas X SMA Negeri 1 Bendahara?
- Berapa besar peningkatan kompetensi siswa dalam pembelajaran berdasarkan masalah pada materi logaritma kelas X SMA Negeri 1 Bendahara?
3. Tujuan Penelitian
- Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:
- Untuk mengetahui adakah pengaruh pembelajaran berdasarkan masalah terhadap kompetensi belajar siswa pada materi logaritma kelas X SMA Negeri 1 Bendahara.
- Untuk mengetahui besar peningkatan kompetensi siswa dalam pembelajaran berdasarkan masalah pada materi logaritma kelas X SMA Negeri 1 Bendahara.
4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang penulis lakukan antara lain:
A. Manfaat teoritis
- sebagai bahan informasi bagi para guru dan calon guru matematika dalam menentukan model pembelajaran yang tepat sehingga dapat di jadikan sebagai alternatif selain model pembelajaran ceramah agar dapat meningkatkan kompetensi belajar matematika siswa.
- Untuk menambah ilmu pengetahuan dan meningkatkan kualitas pembelajaran berdasarkan masalah pada materi logaritma
B. Manfaat praktis
- Bagi siswa: diharapkan dapat memperluas wawasan tentang cara belajar matematika terutama dalam mengembangkan cara belajar dengan berdasarkan masalah.
- Bagi Guru: melalui penelitian ini di harapkan guru dapat mengenal lebih dekat tentang model pembelajaran berdasarkan masalah dan implementasi nya terhadapat hasil belajar siswa.
- Bagi sekolah : melalui penelitian ini di harapkan sekolah dalam hal ini kepala sekolah dapat memperoleh informasi sebagai masukan dalam menentukan kebijaksanaan terkait dengan proses pembelajaran matematika di kelas.
C. Hipotesis
Dalam suatu penelitian diperlukan adanya suatu hipotesis maka hipotesis dalam penelitian ini yaitu :
- Ada pengaruh pembelajaran berdasarkan masalah terhadap kompetensi siswa pada materi logaritma pada siswa kelas X SMA Negeri I Bendahara.
- Ada peningkatan pembelajaran berdasarkan masalah terhadap kompetensi siswa pada materi logaritma pada siswa kelas X SMA Negeri I Bendahara.
D. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari perbedaan penafsiran, maka beberapa istilah yang terdapat pada judul perlu dijelaskan. Adapun istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:
- Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan model pembelajaran mandiri maupun kelompok yang dimana peserta didik dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan yang tinggi, memandirikan peserta didik, dan meningkatkan kepercayaan dirinya.[6]
- Kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi, tujuan yang harus dicapai oleh siswa dirumuskan dalam bentuk kompetensi. Dalam konteks pengembangan kurikulum kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan (kognitif), nilai dan sikap (afektif),dan keterampilan (psikomotorik). Jadi. Kompetensi adalah pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat di amati dan di ukur.[7]
E. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka terdapat berbagai macam dan luasnya bidang penelitian oleh karena itu perlu adanya pembatasan agar penelitian ini mempunyai arah yang jelas dan pasti yaitu sebagai berikut :
- Pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pembelajaran Berdasarkan Masalah.
- Materi pokok yang diteliti adalah sifat-sifat Logaritma dan masalah yang berkaitan dengan logaritma.
BAB II
LANDASAN TEORI
Kompetensi
A. Pengertian kompetensi
Dalam proses belajar matematika, kompetensi merupakan bagian yang sangat penting. Kompetensi merupakan landasan penting untuk berfikir dan bertindak, sehingga mampu menghadapi persoalan yang dihadapinya. Para pakar pendidikan mengemukakan pengertian kompetensi yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. “Hall dan Jones (dalam Masnur) kompetensi adalah pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat di amati dan di ukur.”[1]
Seseorang yang memiliki kompetensi terdiri dari tiga aspek diantaranya yaitu kognitif,afektif, dan psikomotor.
Kognitif yaitu kemampuan berfikir seperti kemampuan mengingat dan kemampuan memecahkan masalah. Kognitif menurut Bloom terdiri dari enam tingkatan yaitu : pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Afektif yaitu sikap dan nilai-nilai. Seseorang hanya akan memiliki sikap tertentu terhadap sesuatu objek manakala telah memiliki kemampuan kognitif tingkat tinggi. Afektif memiliki lima tingkatan yaitu : penerimaan, merespons, menghargai, mengorganisasi, karakterisasi nilai.
Psikomotor yaitu kemampuan keterampilan seseorang. Psikomotor terdiri dari lima tingkatan diantaranya yaitu: gerak refleks, kemampuan dasar, keterampilan perspektual, keterampilan fisik, gerak keterampilan.
Dalam ketiga penjelasan di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa kompetensi pada dasarnya yaitu pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang bersifat dinamis, berkembang, dan dapat diraih setiap waktu.
B. Tujuan kompetensi
Dalam kompetensi memiliki beberapa aspek untuk mencapai tujuan diantaranya yaitu:
- Pengetahuan (Knowledge) adalah kemampuan dalam bidang kognitif. Misalnya seorang guru Sekolah Dasar mengetahui tehnik-tehnik mengidentifikasi kebutuhan siswa dan menentukan strategi pembelajaran yang tepat sesuai dengan kebutuhan.
- Pemahaman (Understanding) adalah kedalaman pengetahuan yang dimiliki setiap individu. Misalnya guru Sekolah Dasar bukan hanya sekedar tahutentang tehnik mengidentifikasi, tapi juga memahami langkah-langkah yang harus di laksanakan dalam proses mengidentifikasi tersebut.
- Kemahiran (Skill) adalah kemampuan individu untuk melaksanakan secara praktis tentang tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya kemahiran guru dalam menggunakan media dan sumber pembelajaran dan proses belajar mengajar didalam melaksanakan evaluasi pembelajaran.
- Nilai (value) adalah norma-norma yang dianggap baik oleh setiap individu. Nilai inilah selanjutnya akan menuntut setiap individu dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Misalnya, nilai kejujuran, nilai kesederhanaan, nilai keterbukaan dan lain sebagainya.
- Sikap (Attitude) adalah pandangan individu terhadap sesuatu. Misalnya, senang-tidak senang, suka-tidak suka, dan lain sebagainya.
- Minat (Interest) adalah kecendrungan individu untuk melakukan sesuatu perbuatan atau aspek yang dapat menentukan motivasi seseorang melakukan aktivitas tertentu.
Sesuai dengan aspek-aspek diatas, maka tampak bahwa kompetensi sebagai tujuan dalam kurikulum itu bersifat kompleks. “Artinya kurikulum berdasarkan kompetensi bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kecakapan, nilai, sikap dan minat siswa agar mereka dapat melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran disertai rasa tanggung jawab”. [2]
Dengan demikian, tujuan yang ingin dicapai dalam kompetensi ini bukan hanya sekedar pemahaman akan materi pembelajaran, akan tetapi bagaimana pemahaman dan penguasaan materi itu dapat mempengaruhi cara bertindak dan berprilaku dalam kehidupan sehari-hari.
C. Klasifikasi kompetensi
Klasifikasi kompetensi terdiri dari Kompetensi lulusan, kompetensi standar, dan Kompetensi dasar. Dengan demikian secara terinci klasifikasi kompetensi dapat di uraikan sebagai berikut:
- Kompetensi kelulusan yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai oleh peserta didik setelah tamat mengikuti pendidikan pada jenjang atau satuan pendidikan tertentu. Misalnya, kompetensi lulusan SD/MI,SMP/MTs,SMA/MA/SMK.
- Kompetensi standar yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai setelah anak didik menyelesaikan suatu mata pelajaran tertentu pada setiap jenjang pendidikan yang di ikutinya. Misalnya, kompetensi yang harus dicapai oleh mata pelajaran IPA di SD, dan sebagainya.
- Kompetensi dasar yaitu kemampuan minimal yang harus dicapai peserta didik dalam penguasaan konsep atau materi pelajaran yang diberikan dalam kelas pada jenjang pendidikan tertentu.[3]
Dari penjelasan ketiga aspek tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa untuk meningkatkan kompetensi lulusan, kompetensi standar dan kompetensi dasar, sekolah dapat mengembangkan kurikulum dengan standar yang lebih tinggi pada standar kompetensi lulusan dengan melakukan inovasi, pengembangan dan perluasan sesuai dengan tujuan yang diharapkan dari masing-masing satuan pendidikan
D. Pengertian belajar dan pembelajaran
- Belajar
Belajar adalah proses berfikir. Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, akan tetapi belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Menurut Purwanto ada beberapa pokok yang mencirikan pengertian tentang belajar diantaranya:
- Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku di mana perubahan itu dapat mengarahkan kepada tingkah lakuyang lebih baik, tetapi ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
- Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman.[4]
Sedangkan menurut Slameto, belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,sebagai hasil pengalamannya sendiri dengan lingkungannya.[5]
Banyak pendapat para pakar pendidikan tentang pengertian belajar yang berbeda satu dengan lainnya, tetapi memiliki tujuan yang sama yaitu suatu proses perubahan tingkah laku seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek pengetahuan,sikap, maupun kerampilannya.
- Pembelajaran
- Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Pemahaman seorang guru terhadap pengertian pembelajaran akan sangat mempengaruhi bagaimana cara guru itu mengajar.
- Dalam konteks implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi juga dimaknai sebagai proses mengatur lingkungan supaya siswa belajar. Makna lain mengajar yang demikian sering diistilahkan dengan pembelajaran. Pembelajaran perlu memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan.
- Menurut pandangan Rahil Mahyuddin mengemukakan
bahwa “Pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang melibatkan ketrampilan kognitif yaitu penguasaan ilmu dan perkembangan kemahiran intelektual”. Lebih lanjut menurut Knowles Pembelajaran adalah cara pengorganisasian peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.[6] - Banyak para pakar pendidikan yang menjelaskan tentang pengertian pembelajaran yang berbeda antara satu dengan lainnya. Tetapi memiliki tujuan yang sama yaitu interaksi peserta didik dengan pendidik dalam proses menstransfer ilmu pengetahuan untuk mencapai tujuan yang di inginkan.
E. PENGERTIAN PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEHNIK DAN MODEL PEMBELAJARAN
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: Pendekatan pembelajaran, Strategi pembelajaran, Metode pembelajaran, Teknik pembelajaran dan Model pembelajaran. Berikut ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
- Pendekatan pembelajaran
Pendekatan pembelajaran adalah cara pandang guru terhadap proses pembelajaran, yang di dalamnya terdapat strategi-strategi pembelajaran dengan segala teorinya. Pendekatan pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru. Dari dua pendekatan pembelajaran tersebut selanjutnya diturunkan ke dalam strategi pembelajaran.
- Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dengan tujuan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Di dalam strategi pembelajaran terdapat perencanaan-perencanaan yang dibuat guru. Pada prinsipnya strategi pembelajaran bersifat konseptual berupa rencana keputusan yang akan diambil dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran masih bersifat konseptual, untuk pelaksanaannya diperlukan berbagai metode pembelajaran tertentu.
- Metode pembelajaran
Metode pembelajaran dapat dikatakan sebagai cara yang harus ditempuh untuk mewujudkan rencana yang telah disusun guru dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis di kelas guna mencapai tujuan pembelajaran. Jadi, strategi adalah “sebuah rencana untuk mencapai tujuan” sedangkan metode adalah “sebuah cara untuk mencapai tujuan” . Ada banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mewujudkan strategi pembelajaran tersebut diantaranya: ceramah, demonstrasi, diskusi dan sebagainya. Sementara itu didalam metode pembelajaran terdapat teknik pembelajaran.
- Teknik pembelajaran
Teknik pembelajaran adalah cara yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan metode pembelajaran. Sedangkan Model pembelajaran adalah bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran. Model pembelajaran adalah rangkaian strategi, metode, dan teknik pembelajaran dalam satu kesatuan yang utuh. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.
- Model pembelajaran
Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar-mengajar.[7]
Dari penjelasan di atas maka dapat di ambil kesimpulan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah tergolong model pembelajaran, karena pembelajaran berdasarkan masalah mencakup pendekatan, strategi, metode, tehnik dan model pembelajaran. Menurut Arends, model pembelajaran menyimpulkan sesuatu yang lebih besar daripada pendekatan, strategi, metode, atau tehnik. Model pembelajaran mencakup luas keseluruhan pembelajaran. Sebagai contoh, model pengajaran berbasis masalah (problem-based instruction) melibatkan kelompok kecil siswa yang bekerja sama untuk memecahkan masalah demi kepentingan bersama kelompok.[8] Dalam model ini, siswa menggunakan berbagai keterampilan berpikir pemecahan masalah dan langkah-langkahnya.
Dengan demikian, satu model pembelajaran dapat menggunakan sejumlah keterampilan metodologis seperti mendefinisikan masalah, mengajukan pertanyaan, melakukan penelitian, melakukan diskusi, bekerja bersama-sama, menciptakan karya, dan presentasi.
F. Tujuan pembelajaran matematika di SMA
Tujuan pembelajaran matematika yang ingin dicapai ditingkat SMA adalah tujuan pembelajaran yang disusun oleh bloom,meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
- Tingkat pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan seseorang dalam menghafal, mengingat kembali,atau mengulang kembali pengetahuan yang pernah diterimanya.
- Tingkat pemahaman (comprehension), diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya.
- Tingkat penerapan (application), diartikan sebagai kemampuan seseorang dengan menggunakan pengetahuan untuk memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.
- Tingkat analisis (analysis), yaitu sebagai kemampuan seseorang dalam merinci dan membandingkan data yang rumit serta mengklasifikasi menjadi beberapa katagori dengan tujuan agar dapat menghubungkan dengan data-data yang lain.
- Tingkat sintesis (synthesis) yaitu sebagai kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.
- Tingkat evaluasi ( evaluation) yaitu sebagai kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan kriteria atau pengetahuan yang dimiliki.[9]
Dari penjelasan di atas, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa pembelajaran matematika di SMA bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik dalam proses belajar matematika.
Mengingat pentingnya matematika dalam berbagai bidang, maka perlu diperhatikan mutu pelajaran bidang studi matematika yang di ajarkan disetiap jenjang dan jenis pendidikan. Disini tentunya guru memegang peran penting dalam mentranfer ilmu,agar anak didik mampu menguasai dan dapat mengatasi semua persoalan-persoalan yang ada dalam matematika yang diajarkan disekolah.
Tidak terlepas dari semua ini, setiap lembaga pendidikan yang tumbuh dalam masyarakat harus mampu memberikan nilai-nilai kebudayaan, pengetahuan dari generasi ke generasi untuk meningkatkan taraf hidup lebih baik, sehingga sesuai dengan rumusan tujuan Pendidikan Nasional yang bersumber dari nilai pancasila di rumuskan dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003, pasal 3, yang merumuskan bahwa Pendidkan Nasional berfungsi:
Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab .[10]
G. Pembelajaran berdasarkan masalah
Pengertian pembelajaran berdasarkan masalah
- Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan model pembelajaran untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan memecahkan masalah, serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting. Menurut Reseffendi menyatakan bahwa kemampuan memecahkan masalah amatlah penting, bukan saja bagi mereka yang di kemudian hari akan mendalami matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan menerapkannya,baik dalam bidang studi lain maupun dalam kehidupan sehari-hari.[11]
- Pembelajaran berdasarkan masalah berlandaskan pada psikologi kognitif. Fokus pengajaran tidak begitu menekankan kepada apa yang sedang dilakukan siswa melainkan kepada apa yang mereka pikirkan pada saat mereka melakukan kegiatan. Oleh karena itu peran utama guru pada Pembelajaran berdasarkan masalah adalah membimbing dan memfasilitasi sehingga siswa dapat belajar berfikir dan memecahkan masalah oleh mereka sendiri.
Jadi, pembelajaran berdasarkan masalah hanya dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan. Untuk itu perlu didukung oleh sumber belajar yang memadai bagi peserta didik, alat-alat untuk menguji jawaban atau dugaan, perlengkapan kurikulum, tersedianya waktu yang cukup, serta kemampuan guru dalam mengangkat dan merumuskan masalah agar tujuan pembelajaran dapat dicapai.
H. Ciri-ciri pembelajaran berdasarkan masalah
Ciri utama pembelajaran berdasarkan masalah meliputi mengorientasikan siswa kepada masalah atau pertanyaan yang autentik, disiplin, menuntut kerjasama dalam penyelidikan dan menghasilkan karya. Dengan demikian secara terinci ciri pembelajaran berdasarkan masalah adalah sebagai berikut :
- Mengorientasikan siswa kepada masalah autentik. Pada tahap ini guru menyusun skenario yang dapat menarik perhatian siswa, sekaligus memunculkan pertanyaan yang benar-benar nyata di lingkungan siswa serta dapat diselidiki oleh siswa kepada masalah yang autentik ini dapat berupa cerita, penyajian fenomena tertentu, atau mendemontrasikan suatu kejadian yang mengundang munculnya permasalahan atau pertanyaan.
- Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah berpusat pada pelajaran tertentu, misalnya matematika, masalah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa dapat meninjau dari berbagi mata pelajaran yang lain.
- Penyelidikan autentik atau pun mandiri. pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Mereka menganalisis dan mendefinisikan masalah, menyusun hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi/data, melakukan percobaan, membuat inferensi dan merumuskan simpulan Model yang digunakan sangat bergantung kepada masalah yang sedang dipelajari.
Dengan demikian, dari penjelasan ciri-ciri diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah lebih menekankan kepada peserta didik dalam menyelesaikan suatu mata pelajaran, dan peserta didik juga dapat menyusun pengetahuan dan keterampilannya sendiri dalam pembelajaran.
I. Tujuan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah terdapat beberapa tujuan diantaranya yaitu:
- Agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat materi pembelajaran, akan tetapi menguasai dan memahami secara penuh.
- Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir rasional siswa, yaitu kemampuan menganalisi situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat.
- Siswa memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah serta membuat tantangan intelektual siswa.
- Siswa lebih bertanggung jawab dalam belajarnya.
- Siswa memahami hubungan antara apa yang di pelajari dengan kenyataan dalam kehidupannya(hubungan antara teori dan kenyataan).[12]
- Dari penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa tujuan pembelajaran berdasarkan masalah yakni untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar bertanggung jawab dan melibatkan mereka dalam pengalaman nyata.
J. Tahap-tahap Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Pelaksanaan pembelajaran berdasarkan masalah meliputi lima tahapan.
- Tahap pertama adalah orientasi peserta didik pada masalah. Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi peserta didik terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah, dan mengajukan masalah.
- Tahap kedua: mengorganisasi peserta didik. Pada tahap ini guru membagi peserta didik ke dalam kelompok, membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.
- Tahap ketiga: membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Pada tahap ini guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
- Tahap keempat: mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Pada tahap ini guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
- Tahap kelima: menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Pada tahap ini guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka digunakan.[13]
Dari penjelasan tahap-tahap pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran berdasarkan masalah peserta didik dituntut untuk lebih aktif dan mampu menghadapi masalah-masalah yang ingin dicapai.
- Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah dalam Kelas pada Materi Logaritma dan sifat-sifat Logaritma
- Siswa dikondisikan untuk membuat kelompok belajar ayng beranggotakan 4 atau 5 orang
- Guru membagikan LKS pada tiap-tiap kelompok
- Siswa bekerja dalam kelompok menyelesaikan masalah tentang sifat-sifat logaritma dan masalah yang berkaitan dengan logaritma
- Guru membimbing siswa yang mendapat kesulitan dalam menyelesaikan masalah tentang sifat-sifat logaritma dan masalah yang berkaitan dengan logaritma
- Siswa mempresentasikan hasil penyelesaian masalah tentang sifat-sifat logaritma dan masalah yang berkaitan dengan logaritma
- kelompok yang lain menanggapi hasil presentasi kelompok yang telah memaparkan hasil persentasinya
- Mengacu pada penyelesaian jawaban siswa, guru dan siswa membuat penegasan atau kesimpulan tentang sifat-sifat logaritma dan masalah yang berkaitan dengan logaritma
- Guru memberikan soal latihan kepada siswa tentang sifat-sifat logaritma dan masalah yang berkaitan dengan logaritma
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian dilakukan pada Sekolah SMA Negeri I Bendahara, di jalan sungai iyu-upah km 5 desa senebuk dalam, Kecamatan Bendahara, Kabupaten Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh Darussalam. Pada tanggal 12 September s/d 08 Oktober 2011.
Populasi dan sampel penelitian
Populasi merupakan keseluruhan individu yang dijadikan objek dalam penelitian[1]. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas X SMA Negeri I Bendahara tahun pelajaran 2010/2011 yang terdiri dari 6 kelas dengan jumlah siswa sebanyak 210 orang. Sampel adalah sejumlah individu yang di ambil dari kelompok populasi (sebagian dari populasi).[2].Sampel dalam penelitian ini diambil secara random sampling ( acak kelas), yaitu mengambil dua dari enam kelas yang ada sehingga terpilih kelas X2 sebagai kelas eksperimen yang terdiri dari 30 siswa dan kelas X4 yang berjumlah 31 siswa sebagai kelas control.
Metode penelitian dan variabel penelitian
Penelitian ini digolongkan kedalam penelitian eksperimen. Penelitian ekperimen adalah: suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat.
Dalam penelitian ekperimen terdiri dari dua kelas yaitu satu kelas sebagai kelas ekperimen yaitu dalam pembelajaran berdasarkan masalah, sedangkan kelas lainnya sebagai kelas kontrol, yaitu pembelajaran dilakukan secara konvensional. Selanjutnya kedua kelas dievaluasi untuk mengetahui pengaruh yang terjadi terhadap kemampuan belaja rmatematika setelah mendapat perlakuan dari pembelajaran masing- masing.
Adapun variabel dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
Variabel bebas : Pembelajaran berdasarkan masalah
Variabel terikat : kompetensi (kemampuan)
Tehnik pengumpulan data dan instrumen penelitian
Tehnik pengunpulan data adalah tehnik atau cara-cara yang akan digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.[3] Untuk memperoleh data peneliti langsung turun kelapangan. Instrumen penelitian adalah alat yang di gunakan dalam melakukan pengukuran dan mengumpulkan data pada suatu penelitian. Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data pada penelitian ini adalah tes. Tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur kemampuan siswa dengan aturan-aturan yang sudah ditentukan.[4] Adapun tes yang diberikan berupa soal sebanyak 5 soal dalam bentuk essay. Sebelum soal tes digunakan sebagai pengumpulan data maka terlebih dahulu soal divalidasi untuk mengetahui soal tersebut valid atau tidak.
- Validitas tes dilakukan menggunakan validitas konstruk dengan menggunakan rumus Product Person Moment[5], yaitu:
Keterangan:
= Koefisien Korelasi
= Jumlah skor item
= Jumlah skor total (seluruh item)
N = Jumlah responden
Untuk mengetahui suatu instrumen dinyatakan valid atau tidak digunakan kriteria pada signifikan 5% yaitu:
Jika rxy > rtabel bearti valid
Jika rxy < rtabel berarti tidak valid
Tabel 3.1. Kriteria Validitas Instrumen
Kriteria
Interpretasi
0,90 ≤ rxy ≤ 1,00
Sangat tinggi
0,70 ≤ rxy < 0,90
Tinggi
0,40 ≤ rxy < 0,70
Sedang
0,20 ≤ rxy < 0,40
Kurang
0,00 ≤ rxy < 0,20
Sangar Rendah
rxy < 0,00
Tidak Valid
Setelah dilakukan validasi terhadap soal yang terdapat pada (lampiran 9 )yang di peroleh validitas butir soal sebagai berikut :
Tabel 3.2. Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas Instrumen
Butir soal
rxy
Interpretasi
1
0,877
Tinggi
2
0,923
Sangat Tinggi
3
0,993
Sangat Tinggi
4
0,981
Sangat Tinggi
5
0,984
Sangat Tinggi
Berdasarkan hasil pengujian validitas tes pada lampiran 9 diperoleh nilai r untuk soal nomor 1 = 0,877, soal nomor 2 = 0,923, soal nomor 3 = 0,993, soal nomor 4 = 0,981, soal nomor 5 = 0,984 dan rata-rata validitas 0,951. Ditinjau dari maka rtabel = 0,632 dan dengan kaidah keputusan rhitung ≥ rtabel. Dengan demikian tes secara keseluruhan dinyatakan valid dan memenuhi syarat sebagai pengumpulan data dalam penelitian ini.
- Reliabilitas instrumen peneliti menggunakan rumus Cronbach Alpha. Rumus ini digunakan karena instrumen yang digunakan bersifat uraian. Rumusnya adalah sebagai berikut:[6]
- α =
Tolok ukur untuk menginterpretasikan koefisien reliabilitas alat evaluasi menurut Guilford dalam Suherman sebagai berikut :[7]
Tabel 3.3. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas Instrumen
Berdasarkan hasil perhitungan, (lampiran 10) diperoleh nilai rhitung = 0,84 sedangkan nilai rtabel = 0,632 atau rhitung ≥ rtabel, jadi dapat disimpulkan bahwa tes tersebut dinyatakan reliabel. Jadi, instrumen memenuhi syarat untuk pengumpulan data dalam penelitian ini.
- Indeks Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Indeks kesukaran ini menunjukkan taraf kesukaran soal.[8] Indeks kesukaran dihitung dengan menggunakan rumus :
Keterangan :
IK = Indeks Kesukaran
= Rata-rata skor tiap soal
SMI = Skor maksimum ideal
Selanjutnya indeks kesukaran yang diperoleh diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria menurut Guilford dalam Suherman sesuai tabel berikut :
Tabel 3.1.1. Klasifikasi Indeks Kesukaran (IK)[9]
Berdasarkan hasil perhitungan (Lampiran 11), diperoleh nilai indeks kesukaran tiap butir soal yang disajikan pada tabel berikut :
Tabel 3.1.2. Hasil Analisis Indeks Kesukaran Soal
Nomor soal
Koefisien IK
Interpretasi
1
0,48
Sedang
2
0,09
Sukar
3
0,22
Sukar
4
0,17
Sukar
5
0,16
Sukar
- Daya Pembeda Soal
Daya pembeda berkaitan dengan mampu atau tidaknya instrument yang digunakan membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan rendah. Untuk mengetahui daya pembeda tiap butir soal, digunakan rumus :
Keterangan :
DP = Daya Pembeda
= Rata-rata skor siswa kelompok atas
= Rata-rata skor siswa kelompok bawah
SMI = Skor maksimum ideal
Klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda soal yang digunakan menurut Guilford dalam Suherman adalah sebagai berikut: [10]
Tabel 3.2.1 Klasifikasi Daya Pembeda Soal
Daya Pembeda Soal
Interpretasi
DP ≤ 0
Sangat jelek
0,00 ≤ DP ≤ 0,20
Jelek
0,20 ≤ DP ≤ 0,40
Cukup
0,40 ≤ DP ≤ 0,70
Baik
0,70 ≤ DP ≤ 1,00
Sangat baik
Berdasarkan hasil perhitungan (lampiran 12), diperoleh nilai daya pembeda tiap butir soal yang disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 3.2.2. Hasil Analisis Daya Pembeda Soal
No. soal
Koefisien Daya Pembeda
Interpretasi
1
0,64
Baik
2
0,13
Jelek (diperbaiki sebelum digunakan)
3
0,35
Cukup
4
0,25
Cukup
5
0,21
Cukup
Berdasarkan hasil analisis tersebut, berikut ini penulis tampilkan rangkuman hasil tiap analisis ujicoba instrumen beserta keterangan apakah soal layak atau tidak untuk digunakan sebagai instrumen dalam penelitian.
Tabel 3.2.3. Rekapitulasi Hasil Analisis Uji coba Instrumen
Nomor soal
Validitas Soal
Daya Pembeda
Indeks Kesukaran
Reliabilitas Test
Keterangan
1
0,877
0,64
0,48
rhitung
rtabel
Digunakan
2
0,923
0,13
0,09
0,84
0,632
Digunakan
3
0,993
0,35
0,22
Digunakan
4
0,981
0,25
0,17
Test Reliabel
Digunakan
5
0,984
0,21
0,16
Digunakan
Langkah – langkah penelitian
- Tahap persiapan
Observasi lapangan
Mengurus surat penelitian
Menyiapkan instrumen
Menentukan sampel
Menentukan jadwal
- Tahap pelaksanaan
melaksanakan pre tes
melaksanakan proses belajar mengajar
melaksanakan postes
analisis data
- Tahap membuat laporan hasil penelitian
Tehnik analisis data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji t untuk keperluan tersebut, perlu tabel distribusi frekuensi dengan langkah berikut:
- Tentukan rentang (R) adalah data terbesar dikurangi data terkecil.
- Tentukan banayak kelas interval (K) dapat menggunakan aturan sturges, yaitu K = 1 + (3,3) log n
- Tentukan panjang kelas interval dengan rumus:
- P = , P =
- Pilih ujung kelas interval pertama ini bisa diambil sama dengan data terkecil atau data yang lebih kecil dari yang terkecil tetapi selisihnya harus dikurangi dari panjang kelas yang telah ditentukan.[11]
Uji Homogenitas
Untuk mengetahui uji t yang akan digunakan pada hipotesis maka perlu diuji dulu varians kedua sampel homegen atau tidak. Pengujian varians digunakan uji F dengan rumus berikut:
Dalam hal ini berlaku ketentuan bila harga thitung ≤ ttabel, maka varians homogen.
- Uji Normalitas
Menghitung nilai rata-rata masing-masing kelas. Adapun rumus yang digunakan adalah :
Keterangan:
= mean (rata-rata)
fi = frekuensi
xi = tanda kelas interval atau nilai tengah
n = jumlah sampel
Untuk mencari varians Skor (s) di gunakan rumus :
S2 =
Keterangan:
xi = nilai tengah hasil tes
fi = banyak siswa dalam interval tertentu
n = banyak data
s2 = varians.
Adapun hipotesis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Ho : 1 = 2 ; tidak ada pengaruh kompetensi belajar siswa yang diajarkan dengan pembelajaran berdasarkan masalah.
Ha : 1 ≠ 2 ; ada pengaruh kompetensi belajar siswa yang diajarkan dengan pembelajaran berdasarkan masalah.
Untuk menguji hipotesis digunakan statistik uji-t. menurut sudjana bentuk format uji-t adalah sebagai berikut[12]:
Keterangan:
t = nilai t yang dihitung
1 = nilai rata- rata kelas eksperimen
2 = nilai rata- rata kelas kontrol
S = standar deviasi
dengan
n1 = kelas eksperimen
n2 = kelas kontrol
- Uji normalitas sangat berguna untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berdasarkan dari populasi normal atau tidak. Dengan asumsi normal terhadap sampel maka data yang diambil dapat dipertanggungjawabkan. Misalkan terdapat n data pengamatan X1, X2, X3, …,Xn, berdasarkan data ini akan dilihat apakah sampel yang diambil dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Prosedur penelitian data pengamatan dari X1, X2, X3, …,Xn, dijadikan keangka baku dan transformasi:
Zscore=
Dengan, = rata-rata sampel yang diambil
s = simpangan baku
untuk menghitung kenormalan sampel
χ2 =
dengan:
χ2 = statistik Chi-kuadrat
frekuensi pengamatan
= frekuensi harapan
Dalam hal ini, data berdistribusi normal bila memenuhi syarat: χ2hitung ≤ χ2tabel.[13]
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini memuat beberapa langkah hasil penelitan dan pembahasan diantaranya:
- Hasil penelitian
- Uji prasyarat analisis
- Pengujian hipotesis
- Pembahasan
- Hasil penelitian
Penelitian di SMA Negeri 1 Bendahara dilakukan dalam waktu 4 x 45 menit dalam 2 kali pertemuan pada materi pokok logaritma. Penelitian ini dilaksanakan pada dua kelas, kelas pertama yaitu kelas eksperimen menggunakan pembelajaran berdasarkan masalah dan kelas kedua yaitu kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. masing-masing kelas tediri dari 30 dan 31 siswa. Data yang dikumpulkan peneliti dalam penelitain ini berupa data hasil belajar matematika yang diperoleh dengan menggunakan instrumen tes hasil belajar, berupa tes awal( pre-tes) dan tes akhir (post-tes). Hasil tes awal diperoleh nilai rata-rata siswa dikedua kelas cukup baik. Setelah dilakukan pembelajaran dan dilanjutkan dengan tes akhir didapatkan nilai siswa dikedua kelas mengalami peningkatan, walaupun ada beberapa orang siswa yang tidak dapat mempertahankan nilai sebelumnya. Namun dalam hal ini dapat dikatakan bahwa pembelajaran yang dilakukan berhasil mencapai tujuan yang diinginkan.
- Uji prasyarat analisis data
- Uji homogenitas
- Uji homogenitas pre test kelas eksperimen dan kelas kontrol
- Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah sampel dari penelitian berasal dari populasi yang sama. Sebelum dilakukan pengujian homogenitas maka terlebih dahulu dicari nilai rata-rata, varians dan simpangan baku untuk nilai tes awal dari masing-masing kelas.
Berdasarkan data yang diperoleh, hasil pre tes kelas X2 (kelas eksperimen) dapat dibuat ke dalam daftar distribusi frekuensi dengan menentukan terlebih dahulu rentang, banyak kelas interval serta panjang kelas interval yaitu sebagai berikut:
- Rentang (R)
- R = data terbesar – data terkecil
- = 70 – 0
- = 70
- Banyak kelas interval (K) dengan n = 30
- K = 1 + 3,3 log n
- = 1 + 3,3 log 30
- = 1+ 3,3 ( 1,477)
- = 1 + 4,8741
- = 5,8741 6
- Banyak kelas interval yang diambil adalah 6.
- Panjang kelas (P)
- P = = = 11,66 12
Tabel 4.1 Daftar distribusi frekuensi nilai pre tes siswa kelas eksperimen
Nilai tes
Frekuensi
(fi)
Titik Tengah
(xi)
fixi
fixi2
0 – 11
12 – 23
24 – 35
36 – 47
48 – 59
60 - 71
4
2
4
8
8
4
5,5
17,5
29,5
41,5
53,5
65,5
22
35
118
332
428
262
30,25
306,25
870,25
1722,25
2862,25
4290,25
121
612,5
3481
13778
22898
17161
jumlah
30
1197
10081,5
58051,5
Rata-rata variansi nilai tes awal kelas eksperimen adalah:
x1 = = = 39,9
=
=
=
=
= 354,87
s1 =
s1 = 18,59 = 19
Berdasarkan data yang diperoleh, hasil pre tes kelas X4 (kelas kontrol) dapat dibuat ke dalam daftar distribusi frekuensi dengan menentukan terlebih dahulu rentang, banyak kelas interval serta panjang kelas interval yaitu sebagai berikut:
- Rentang (R)
- R = data terbesar – data terkecil
- = 70 – 0
- = 70
- Banyak kelas interval (K) dengan n = 31
- K = 1 + 3,3 log n
- = 1 + 3,3 log 31
- = 1+ 3,3 ( 1,4910)
- = 1 + 4,9203
- = 5,9203 6
- Banyak kelas interval yang diambil adalah 6.
- Panjang kelas (P)
- P = = = 11,66 12
Table 4.2 : Distribusi frekuensi nilai pre test siswa kelas kontrol
Nilai tes
Frekuensi
(fi)
Titik Tengah
(xi)
fixi
fixi2
0 – 11
12 – 23
24 – 35
36 – 47
48 – 59
60 - 71
3
3
9
12
2
2
5,5
17,5
29,5
41,5
53,5
65,5
16,5
52,5
265,5
498
107
131
30,25
306,25
870,25
1722,25
2862,25
4290,25
90,75
918,75
7832,25
20667
5724,5
8580,5
jumlah
31
1070,5
10081,5
43813,25
Rata-rata variansi nilai tes awal kelas kontrol adalah:
x1 = = = 34,53
=
=
=
=
= 228,21
s1 =
s1 = 15,11
Untuk menguji homogenitas kedua kelas yang diteliti dapat dilakukan dengan uji Fisher ( uji F), yaitu dengan membandingkan antara variansi terbesar dengan variansi terkecil. Berdasarkan perhitungan data diatas, diperoleh variansi dari masing-masing kelas yaitu : = 354,87 ( variansi pre test kelas eksperimen) = 228,21 (variansi pre test kelas kontrol). Maka Fhitung adalah sebagai berikut:
F =
F = = 1,55
Pda taraf signitifikan = 0,05, maka dari tabel distribusi F diperoleh F0,05(30,29) = 1,85 karena Fhitung ≤ Ftabel yaitu 1,55 < 1,85 sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua data tersebut homogen. Ini berarti kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama atau mendekati sama.
- Uji homogenitas post test kelas eksperimen dan kelas kontrol
Berdasarkan data yang diperoleh, hasil post tes kelas X2 (kelas eksperimen) dapat dibuat ke dalam daftar distribusi frekuensi dengan menentukan terlebih dahulu rentang, banyak kelas interval serta panjang kelas interval yaitu sebagai berikut:
Rata-rata dan variansi nilai tes akhir untuk kelas eksperimen
- Rentang (R)
- R = data terbesar – data terkecil
- = 90 – 45 = 45
- Banyak kelas interval (K) dengan n = 30
- K = 1 + 3,3 log n
- = 1 + 3,3 log 30
- = 1+ 3,3 ( 1,477)
- = 1 + 4,8741
- = 5,8741 6
- Banayak kelas interval yang diambil adalah 6.
- Panjang kelas (P)
- P = = = 7,5 8
Tabel 4.3 Daftar distribusi frekuensi nilai post tes siswa kelas eksperimen
Nilai tes
Frekuensi
(fi)
Titik Tengah
(xi)
fixi
fixi2
45 – 52
53 – 60
61 – 68
69 – 76
77 – 84
85 – 92
2
3
3
12
3
7
48,5
56,5
64,5
72,5
80.5
88,5
77
139,5
163,5
750
211,5
549,5
2352,25
3192,25
4160,25
5256,25
6480,25
7832,25
4704,5
9576,75
12480,75
63075
19440,75
54825,75
jumlah
30
2191
164103,5
Rata-rata variansi nilai tes akhir kelas eksperimen adalah:
- x1 = = = 73,03
- =
- =
- =
- =
= 140,947
s1 =
s1 = 11,87
Berdasarkan data yang diperoleh, hasil post tes kelas X4 (kelas kontrol) dapat dibuat ke dalam daftar distribusi frekuensi dengan menentukan terlebih dahulu rentang, banyak kelas interval serta panjang kelas interval yaitu sebagai berikut:
Rata-rata dan variansi nilai tes akhir untuk kelas kontrol
- Rentang (R)
- R = data terbesar – data terkecil
- = 90 – 25
- = 65
- Banyak kelas interval (K) dengan n = 31
- K = 1 + 3,3 log n
- = 1 + 3,3 log 31
- = 1+ 3,3 ( 1,4910)
- = 1 + 4,9203
- = 5,9203 6 , Banyak kelas interval yang diambil adalah 6.
- Panjang kelas (P)
- P = = = 10,83 11
Sehingga daftar distribusi frekuensi adalah sebagai berikut:
Tabel 4. 4 Daftar distribusi frekuensi nilai post tes siswa kelas kontrol
Nilai tes
Frekuensi
(fi)
Titik Tengah
(xi)
fixi
fixi2
25 – 35
36 – 46
47 – 57
58 – 68
69 – 79
80 – 90
1
6
19
4
1
30
41
52
63
74
85
30
312
1197
296
85
900
1681
2704
3969
5476
7225
900
16224
75411
21904
7225
jumlah
31
1920
121664
Rata-rata variansi nilai tes akhir kelas kontrol adalah:
x1 = = = 61,93
=
=
=
=
= 91,595
s1 = = 9,57
Untuk menguji homogenitas kedua kelas yang diteliti dapat dilakukan dengan uji Fisher ( uji F), yaitu dengan membandingkan antara variansi terbesar dengan variansi terkecil. Berdasarkan perhitungan data diatas, diperoleh variansi dari masing-masing kelas yaitu : = 140,947 ( variansi pos test kelas eksperimen) = 91,595 (variansi pos test kelas kontrol). Maka Fhitung adalah sebagai berikut:
F =
F = = 1,53
Pada taraf signitifikan = 0,05, maka dari tabel distribusi F diperoleh F0,05(30,29) = 1,85 karena Fhitung ≤ Ftabel yaitu 1,53 < 1,85 sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua data tersebut homogen.
- Uji normalitas
- Uji normaliats data bertujuan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh dalam penelitian yang akan dianalisis berdistribusi normal atau tidak. dan untuk menentukan jenis uji statistik apa yang akan digunakan dalam penganalisaan selanjutnya.
Berdasarkan tabel distribusi diatas, maka dapat ditentukan nilai rata-rata dan varians dari nilai tes akhir siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol sebagai berikut:
Tabel 4.5. Daftar hasil post tes kelas eksperimen dan kelas kontrol
Kelas
Rata-rata ( 𝑥 )
Varians ( s2)
Simpangan baku (s)
Eksperimen
73,03
140,947
11,87
kontrol
61,93
91,595
9,57
Dari hasil post tes pada kedua kelas, maka dapat terlihat perbedaan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen di peroleh nilai rata-rata 73,03, dengan nilai varians 140,947 dan nilai simpangan baku 11,87. Sedangkan pada kelas kontrol di peroleh nilai rata-rata 61,93, dengan nilai varians 91,595 dan nilai simpangan baku 9,57.
- Uji normalitas untuk kelas eksperimen
Tabel 4.6. daftar uji normalitas nilai tes akhir siswa kelas eksperimen
Interval
Batas kelas (xi)
Zscore
Batas luas daerah
Luas daerah
f0
fe
45 – 52
53 – 60
61 – 68
69 – 76
77 – 84
85 – 92
44,5
52,5
60,5
68,5
76,5
84,5
92,5
-2,40
-1,72
-1,05
-0,38
0,29
0,96
1,64
0,4918
0,4573
0,3531
0,1480
0,1141
0,3315
0,4495
0,0345
0,1042
0,2051
0,2621
0,2174
0,118
2
3
3
12
3
7
1,035
3,126
6,153
7,863
6,522
3,54
0,8997
0,005
1,6157
2,1766
1,9019
3,3818
Jumlah
9,9807
Keterangan: Zscore =
1 = 73,03 , s1 = 11,87
Frekuensi harapan (fe) = luas daerah x banyak data
hitung =
Berdasarkan tabel diatas diperoleh 2hitung = 9,9807. Untuk menentukan 2tabel , terlebih dahulu ditentukan derajat kebebasan (dk) = k – 1.[1] Pada taraf signitifikan = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 6 – 1 = 5 maka dari tabel distribusi chi-kuadrat diperoleh 2(0,95)(5) = 11,070. Data dikatakan normal apabila 2hitung ≤ 2tabel karena 2hitung ≤ 2tabel yaitu 9,9807 < 11,070 maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal pada taraf signifikan 0,05.
- Uji normalitas untuk kelas kontrol
Tabel 4.7. daftar uji normalitas nilai tes akhir siswa kelas kontrol
Interval
Batas kelas (xi)
Zscore
Batas luas daerah
Luas daerah
f0
fe
25 – 35
36 – 46
47 – 57
58 – 68
69 – 79
80 – 90
24,5
35,5
46,5
57,5
68,5
79,5
90,5
-3,91
-2,76
-1,61
-0,46
0,68
1,83
2,98
0,5
0,4971
0,4463
0, 1772
0,2517
0,4664
0,4986
0,0029
0,0508
0,2691
0,4289
0,2147
0,0322
1
6
19
4
1
0,0899
1,5748
8,3421
13,2959
6,6557
0,9982
0,0100
1,5748
0,6576
2,4471
1,0596
0,0005
Jumlah
5,7496
Keterangan: Zscore =
1 = 61,93 , s1 = 9,57
Frekuensi harapan (fe) = luas daerah x banyak data
hitung =
Berdasarkan tabel diatas diperoleh 2hitung = 5,7478. Untuk menentukan 2tabel , terlebih dahulu ditentukan derajat kebebasan (dk) = k – 1.[2] Pada taraf signitifikan = 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 6 – 1 = 5 maka dari tabel distribusi chi-kuadrat diperoleh 2(0,95)(5) = 11,070. Data dikatakan normal apabila 2hitung ≤ 2tabel karena 2hitung ≤ 2tabel yaitu 5,6478 < 11,070 maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal pada taraf signifikan 0,05.
- Pengujian hipotesis
Hipotesis yang akan di uji dalam skripsi ini adalah:
H0 : 1 = 2 ; tidak ada pengaruh pembelajaran berdasarkan masalah terhadap kompetensi belajar siswa pada materi logaritma kelas X SMA Negeri 1 Bendahara.
Ha : 1≠ 2 ; ada pengaruh pembelajaran berdasarkan masalah terhadap kompetensi belajar siswa pada materi logaritma kelas X SMA Negeri 1 Bendahara.
Langkah selanjutnya adalah menghitung dan membandingkan kedua hasil perhitungan tersebut. Dari perhitungan nilai pos tes siswa sebelumnya dari masing-masing kelompok diperoleh nilai rata-rata, varians, dan simpangan baku sebagai berikut:
1 = 73,03 2 = 61,93
= 11,87 = 9,57
= 140,947 = 91,595
Sehingga dapat ditentukan S =
=
=
=
S2 = = 115,85
S =
S = 10,76
Dari hasil pengolahan data diatas diperoleh s = 10,76 maka nilai t:
=
=
=
= 4,12
thitung = 4,12
Pada α = 0.05 dan dk = 31+ 30 – 2 = 59. Dari daftar distribusi t di peroleh ttabel untuk α = 0.05 dan dk = 59 berada diantara dk = 40 dan dk = 60 maka ttabel di hitung dengan rumus interpolasi linear yaitu :
C = C0 + ( B – Bo )
Dengan :
B = Nilai dk yang dicari
B0 = Nilai dk pada awal nilai yang sudah ada
B1 = Nilai dk pada akhir nilai yang sudah ada
C0 = Nilai ttabel pada nilai yang sudah ada
C = Nilai ttabel yang dicari
Sehingga:
C = C0 + ( B – Bo )
= 2,021 + ( 59 - 40 )
= 2,021 + ( 19 )
= 2,021 + (-0,001) ( 19 )
= 2,021 + ( -0,019)
= 2,002
Berdasarkan hasil perhitungan diatas bahwa thitung ≥ ttabel yaitu 4,12 ≥ 2,002 ; maka tolak H0 sehingga hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini menyatakan “ Ada pengaruh pembelajaran berdasarkan masalah terhadap kompetensi belajar siswa pada materi logaritma kelas X SMA Negeri 1 Bendahara”, diterima pada taraf signifikan α = 0,05.
- Pembahasan
- Dari data yang terkumpul dan setelah diadakan pengolaan data, diperoleh nilai rata-rata dari tes akhir siswa untuk kelas eksperimen 1 = 73,03 dan = 11,87, sedangkan untuk kelas kontrol 2 = 61,93 dan = 9,57. Bila dilihat perolehan nilai rata-rata dari masing-masing populasi maka nilai rata-rata siswa diajarkan dengan pembelajaran berdasarkan masalah ada perbedaan dari nilai rata-rata yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Dari nilai rata-rata kedua kelas cukup baik, namun dari kedua kelas tersebut yang lebih baik adalah kelas eksperimen (pembelajaran berdasarkan masalah). Menurut teori konstruktivis keterampilan berpikir dan memecahkan masalah dapat dikembangkan jika peserta didik melakukan sendiri, menemukan, dan memindahkan kekomplekan pengetahuan yang ada.[3] Menurut Arends, model pembelajaran berdasarkan masalah melibatkan kelompok kecil siswa yang bekerja sama untuk memecahkan masalah demi kepentingan bersama kelompok.[4] Dalam model ini, siswa menggunakan berbagai keterampilan berpikir pemecahan masalah beserta langkah-langkahnya.
Pada pengujian hipotesis diperoleh harga untuk thitung = 4,12 dan ttabel = 2,002. Setelah pengujian hipotesis pada taraf signifikan α = 0,05 maka berdasarkan kriteria pengujian hipotesis tolak Ho, dan diperoleh hasil 4,12 > 2,002, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kompetensi belajar matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran berdasarkan masalah lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Sehingga hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini yang menyatakan “Ada pengaruh dan peningkatan pembelajaran berdasarkan masalah terhadap kompetensi belajar siswa pada materi logaritma kelas X SMA Negeri 1 Bendahara”.
BAB V
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang peneliti lakukan pada bab -bab sebelumnya, maka dapat dikemukakan beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
- Ada pengaruh pembelajaran berdasarkan masalah terhadap kompetensi belajar siswa pada materi logaritma kelas X SMA Negeri 1 Bendahara.
- Peningkatan kompetensi siswa dalam pembelajaran berdasarkan masalah adalah 83,03 % .
B. Saran
- Bagi guru diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran ini dalam proses belajar mengajar atau dapat memilih metode yang sesuai dengan materi pelajaran agar dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran matematika dikelas, sehingga pelajaran matematika yang dianggap sulit bagi siswa dapat dipahami lebih mudah oleh siswa.
- Bagi para pembaca atau pihak lain terutama sebagai guru matematika diharapkan agar menjadikan penelitian ini sebagai bahan masukan dalam usaha meningkatkan mutu pemdidikan untuk masa yang akan datang.
Bagi kepala sekolah agar memberikan dorongan kepada guru-guru agar meningkatkan penggunaan alat peraga dan alat pelajaran yang tersedia.
Daftar Pustaka
Daryanto 1999, Evaluasi Pendidikan, jakarta: Rineka Cipta.
B.Uno, Hamzah 2009, Model Pembelajaran (menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif), Jakarta : Bumi Aksara.
B.Uno, Hamzah 2008, Profesi kependidikan, problema, solusi dan reformasi kependidikan Indonesia, Jakarta : Bumi Aksara.
B. Uno, Hamzah 2006. Perencanaan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara.
http://Rudi Unesa, fisika-dan-pembelajaran.blogspot.com/2012/03/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan.html
Usmar, Husaini 2006, Pengantar Statistika, Jakarta : PT Bumi Aksara.
Simanjuntak, Lisnawati 1993, Metode Mengajar Matematika Jilid I, Jakarta: PT Rineka Cipta,
Muslich, Masnur, KTSP 2008, Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.
Riduwan 2007, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru Karyawan dan Peneliti pemula, cet ke 4 Bandung: Alfabeta.
Ruseffendi, 1991, Penilaian Pendidikan dan Hasil Belajar Khususnya dalam Pengajaran Matematika Untuk Guru dan Calon Guru. Bandung: Tarsito.
Suherman, E. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung:JICA UPI
Arikunto, Suharmi 2006, prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana 1996, Metode Statistika, cet. Kedua Edisi 6 Bandung: Tarsito.
Slameto, 1990, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Sanjaya, Wina,. 2008, Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta: Kencana.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI