Kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi, tujuan yang harus dicapai oleh siswa dirumuskan dalam bentuk kompetensi. Dalam konteks pengembangan kurikulum kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Yang merefleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Seseorang yang telah memiliki kompetensi dalam bidang tertentu bukan hanya mengetahui, tetapi juga memahami dan menghayati bidang tersebut yang tercermin dalam pola prilaku sehari-hari.
Matematika merupakan salah satu pengetahuan dasar yang memiliki peranan penting dalam menciptakan sumber daya manusia yang sesuai dengan perkembangan teknologi. Matematika dapat membentuk kemampuan berfikir logis, kritis, kreatif, serta dinamis, sehingga manusia mampu menentukan ide-ide baru yang dapat berguna bagi kepentingan teknologi yang mempunyai peran penting bagi perbaikan hidup manusia.
Banyak orang telah mengakui manfaat dan bantuan matematika, namun tidak sedikit juga orang yang berpendapat bahwa matematika itu tidak menarik, sukar, membingungkan dan membosankan. Pendapat itu muncul karena hampir setiap orang pernah mengalami kesukaran dalam mempelajari matematika di bangku sekolah.
Agar matematika tidak menjadi hal yang menakutkan bagi siswa, maka tugas guru menanamkan keyakinan pada diri siswa bahwa matematika bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan dan menarik bagi siswa, maka hendaklah matematika itu diajarkan sejak dini dengan metode penyampaian yang tepat, seperti yang dikatakan simanjuntak “hendaknya sejak dini konsep-konsep matematika itu dapat diajarkan oleh guru dengan metode dan penyampaian yang tepat, sehingga siswa diharapkan dapat menguasai dengan baik suatu materi matematika yang selanjutnya dapat menjadi dasar untuk materi selanjutnya yang lebih sukar”.[2]
Salah satu pelajaran pokok dalam pelajaran matematika di SMA Kelas X semester satu adalah logaritma. Pada materi pokok ini siswa dituntut untuk memiliki kompetensi dasar yaitu menggunakan konsep logaritma dalam pemecahan masalah dan dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sifat-sifat logaritma, namun sering dijumpai dalam proses belajar matematika, siswa masih kesulitan dan mengeluh dalam memahami dan menyelesaikan soal-soal logaritma.
Branca (dalam wina) menyatakan bahwa kemampuan memecahkan masalah adalah tujuan umum dalam pengajaran matematika dan bahkan sebagai jantungnya matematika.[3] Oleh karena itu, kemampuan memecahkan masalah hendaknya diberikan, dilatihkan, dan dibiasakan kepada peserta didik sedini mungkin.