"Ini wangi apa ya?" Kelik senyum, sengaja.
"Iiihhh ... disuruh diem juga," Iwan makin keki.
Sekitar setengah jam lagi mereka akan sampai di desa Sukajaya, ketika tiba-tiba dari belakang mereka terdengar suara lonceng. Suaranya berirama, suara lonceng-lonceng kecil.
"Ndi, itu suara apa ya?" Kelik menghentikan jalannya kemudian megang Pundak Andi, menyuruh berhenti juga.
"Sudah ah, kalian nakut-nakutin terus," kata Iwan.
"Eehhh ... bukan nakut-nakutin, ini serius. Coba aja dengerin," timpal Kelik.
"Betul Lik, itu suara lonceng. Perasaan aku pernah dengar suara seperti itu. Apa ya ...? Eh, itu, itu suara delman. Betul itu delman. Syukurlah ada delman yang lewat." Andi girang.
Andi memang tahu persis, delman-delman di situ dihiasi lonceng-lonceng kecil di tiang-tiangnya. Dan suaranya yang khas membuat Andi tidak ragu lagi. Itu memang delman yang akan lewat.
"Kamu serius Ndi, itu delman?" Iwan seperti ingin penegasan.
"Serius! Aku tahu betul suara delman di sini, dulu aku sering naik kok," jawab Andi.
"Syukurlah, kakiku udah pegal-pegal nih."