"Terus kita gimana nih, mana hujan belum berhenti," keluh Agus.
"Sudaaah ... kita nikmati dulu nih mie sama kopi, kita tunggu hujan berhenti dulu, baru kita ngobrol," Joko ngasih saran, "lagian, ga enak lho makan sambil panik."
"Aku bukan panik Jok," timpal Iwan.
"Iya cuma kalut hahaha ...," sahut Kelik.
Iwan hanya merengut.
Lima belas menit mereka selesai menghabiskan mie dan kopi plus gorengan; bala-bala, pisang goreng, comro, dan ulen goreng. Hujan pun sudah berhenti, menyisakan gerimis.
"Naahh ... perut sudah kenyang, hujan sudah berhenti, sekarang mari kita diskusi, bagaimana baiknya," Joko mengelap mulutnya dengan tisu.
"Bagaimana Ndi?" Kelik menoleh ke Andi.
"Hanya ada dua pilihan. Kita nunggu sampai besok pagi, sampai ada angdes, atau kita jalan sekarang juga," Andi memberi pilihan.
"Kalau nunggu, kita tidur dimana Ndi?" tanya Iwan.
"Kita bisa tidur di mushola terminal. Eh bu! Kalau mushola terminal yang dipojok sana masih dipakai ga bu?" Andi menoleh ke ibu warung.