"Kenal lah, itu emang mang Dule, tetanggaku, dia emang sais delman."
"Duuhhh ... makin beruntung kita," Iwan nampak sekali makin senang.
"Iya betul, itu mang Dule." Andi seperti ingin menegaskan pada kawan-kawannya. Karena makin dekat. Wajah sais makin jelas.
"Heh ... kepinggir kalian." Andi merentangkan tangan kanannya. Menyuruh kawan-kawannya ke tepi jalan.
Delman semakin mendekat. Suara loncengnya semakin kencang berirama.
Andi sudah memasang wajah gembira, dan kemudian berteriak, walau delman masih sekitar lima meteran dari mereka.
"Hai, mang Dule. Saya Andi," teriak Andi sambil melambaikan tangan.
Yang dipanggil, mang Dule, tidak merespon, terus menggerak-gerakkan tali kuda. Delman makin dekat, makin jelas terlihat, penumpangnya seorang perempuan, duduk persis di belakang mang Dule, menghadap ke sisi kiri delman.
"Mang Dule! Hai! Saya andi, dari Sukamiskin." Andi sekarang melambaikan kedua tangannya.
"Ndi, kok diem saja ya?" Kelik heran.
Andi terus melambaikan tangan. Baru menurunkan tangannya ketika delman lewat di depan mereka.