Mohon tunggu...
Urip Widodo
Urip Widodo Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan yang ingin terus menulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Berusaha menuliskan apa saja yang bermanfaat, untuk sendiri, semoga juga untuk yang lain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Delman Mang Dule

25 Agustus 2020   14:29 Diperbarui: 25 Agustus 2020   14:53 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Mana Ndi, katanya ada ojek?" tanya Iwan.

Andi nengok kiri-kanan. Merasa heran, suasana desa Sukajaya tidak seperti biasanya. Sepi. Sunyi.

"Aneh, perasaan belum malam-malam amat, tapi kok sepi sekali. Ga ada satupun warung yang buka."

"Bener Ndi, sepi sekali," balas Agus.

"Kayak-kayaknya ga ada ojek yang mangkal nih," gerutu Iwan.

"Udah ga usah lama-lama, kita lanjut jalan saja," timpal Joko, "sudah jelas, ga akan ada ojek."

"Ayo, lets go!" seru Kelik.

Muka Iwan makin berlipat.

Mereka pun melanjutkan perjalanan. Ada rasa aneh dirasakan Andi, desa Sukajaya yang biasanya rame, kali ini sepi, begitu juga ketika memasuki desa Sukasenang. Suasananya tidak berbeda dengan desa Sukajaya.

Dua jam kemudian mereka sampai di gerbang desa Sukamiskin.

"Ini kampungmu Ndi? Sepi amat," kata Joko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun