Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar Sang Pendekar (114): Sebuah Pembalasan

3 Desember 2024   05:23 Diperbarui: 3 Desember 2024   06:19 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kencana menarik nafas panjang. Kepribadian misterius suaminya itu sudah seperti sahabat karib yang selalu setia menemani. Sakit. Tapi lama-lama menjadi biasa.

Sisa-sisa sinar matahari senja menerobos tipis dan condong ke arah mereka, lewat daun-daun Asam Kranji. Di bawah pohon yang teduh itu mereka berdua duduk di kursi malas.

Klebat mendadak beranjak dari kursi, dengan suara tanpa dosa dia mendekati tanaman melati yang menyemak. "Kencana, sini! Banyak capung di sini!"

Kencana pun menjawab dengan malas, "Di sini juga banyak!" Ia lalu mencoba menggali lebih dalam sisi misterius suaminya, "Kangmas, apa yang menjadi keinginanmu dalam hidup ini?"

"Maksudnya?"

"Ya.., seperti cita-cita?"

"Cita-cita? Ya, ada cita-citaku yang sejak kecil belum terwujud!"

"Apa itu?"

"Membunuh orang yang telah membunuh ayahku!"

"Belum terwujud?"

"Belum. Gara-gara aku ketemu seorang gadis yang membuatku jatuh cinta setengah mati!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun