Tulang-belulangnya seperti remuk. Dia merasa gagal menjadi pelatih. Setelah cukup lama mempertimbangkan, ia pun membuat keputusan untuk keluar dari padepokan. Ia tidak peduli jika nantinya dianggap sebagai pecundang.
"Assalamualaikum!"
Guru Lintang berlagak sedikit kaget. "Waalaikum salam..! Ayo masuk, ada apa?"
Lahar diterima di ruang tamu puri. Cukup bingung, karena di kesempatan itu sikap Guru Lintang begitu ramah dan sangat bersahabat. Padahal sebelumnya jangankan mengajak bicara, bahkan seolah-olah menghindari untuk bertemu.
"Kadang aku itu membayangkan seandainya bisa bertemu dengan guru-guru yang telah tiada!" kata Guru Kicak memulai percakapan. "Mpu Naga Neraka, Pendekar Kebokicak, Paman Kelabang Karang..! Mereka pendekar-pendekar yang perkasa dan tegar!"
Mendengar nama-nama itu disebut rasanya berdebar jantung Lahar. Semua yang disebut itu tokoh-tokoh yang sangat dikaguminya.
"Oh iya, kamu ada perlu apa?"
"Saya ijin mau berhenti jadi pelatih, Guru?" Akhirnya dengan susah payah Lahar berhasil memaksa mulutnya berbicara. Wajahnya menunduk, tak sanggup menerima tatapan gurunya.
"Kamu kan sedang belajar. Selesaikan dulu itu. Masih banyak yang harus kamu pelajari di sini!"
Lahar tidak paham maksud dari ucapan itu. Waktunya tidak ia habiskan untuk belajar apapun, selain hanya sibuk melatih.
"Maaf, saya merasa tidak mampu menjalankan tugas sebagai pelatih dengan baik, Guru!"