"Cari siapa orang yang membuat karangan ngawur itu? Tidak mungkin dari orang luar, pasti orang dalam! Karena dia tahu banyak hal tentang kehidupanku!"
"Jangan-jangan orang tingkat tujuh. Siapa lagi? Mereka yang paling tahu seluk beluk Kanjeng dan puri!"
"Cari penyusup bangsat itu sampai ketemu!"
Dengan merebaknya rumor itu, untuk sementara Kanjeng Wotwesi menunda rencana menjadikan Kencanawati sebagai tumbal. Ia tidak ingin masyarakat semakin percaya bahwa perkawinan cucunya itu memang sandiwara.
Kanjeng sendiri menyebut dirinya sebagai seorang yang ahli memperdayai. Ia bisa memperdayai orang agar percaya hal yang biasa menjadi luar biasa. Ia bisa memperdayai siapapun agar percaya bahwa berita-berita buruk mengenai dirinya dan Intijiwo itu pasti salah. Ia bangga karena berhasil membuat masyarakat luas terpedaya.
"Itu fitnah yang jahat. Mana katanya Kencana akan dijadikan tumbal? Buktinya sampai sekarang dia masih baik-baik saja!"
"Raden Klebat sangat mencintai istrinya, dan mereka tampak sebagai pasangan yang sangat bahagia!"
"Iya, hanya fitnah! Ciri-ciri orang baik itu tidak akan pernah luput dari panah-panah fitnah!"
"Berarti Kanjeng Wotwesi itu memang orang baik!"
***
Baru tiga tahun bergabung dengan padepokan Benteng Nusa, Joko Lahar mendapat sebuah kesempatan menjadi pelatih. Sama sekali tidak pernah terpikirkan.