Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar Sang Pendekar (114): Sebuah Pembalasan

3 Desember 2024   05:23 Diperbarui: 3 Desember 2024   06:19 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ya, namanya saja masih tahap belajar!" kata Guru Lintang dengan nada datar dan mimik wajah tenang. "Namanya melatih itu ya memang harus belajar lebih keras dari orang-orang yang kamu latih. Tidak cukup keras fisik, tapi juga mental. Harus dengan kesabaran dan ketelatenan. Nah itu belajarnya kamu!"

Lahar mulai berani mengangkat wajah. Ia mulai paham.

"Sebenarnya kamu punya bakat dan semangat, tapi kamu kurang memiliki mental yang kuat. Nah, Guru Wisang itu sedang menggembleng mentalmu!"

Joko Lahar menunduk, bagaikan seorang terdakwa di kursi pengadilan. Gugurlah semua kalimat-kalimat yang telah dipersiapkannya untuk berhenti. Ia menghela nafas panjang karena merasa berdosa telah berburuk sangka kepada guru-gurunya. Setelah itu ia seperti kembali dihidupkan. Hatinya telah siap menerima berbagai tugas berat, dan berjanji akan menerima dengan lapang dada.

***

"Kangmas Klebat, apa kamu punya simpanan uang?"

"Tidak."

"Kamu sama sekali tidak menyimpan uang?"

"Tidak. Kalau butuh uang aku tinggal minta sama kakek. Kenapa? Kamu butuh uang?"

Kencana mengangguk pelan.

"Nanti aku bisa mintakan ke kakek!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun