"Ya, namanya saja masih tahap belajar!" kata Guru Lintang dengan nada datar dan mimik wajah tenang. "Namanya melatih itu ya memang harus belajar lebih keras dari orang-orang yang kamu latih. Tidak cukup keras fisik, tapi juga mental. Harus dengan kesabaran dan ketelatenan. Nah itu belajarnya kamu!"
Lahar mulai berani mengangkat wajah. Ia mulai paham.
"Sebenarnya kamu punya bakat dan semangat, tapi kamu kurang memiliki mental yang kuat. Nah, Guru Wisang itu sedang menggembleng mentalmu!"
Joko Lahar menunduk, bagaikan seorang terdakwa di kursi pengadilan. Gugurlah semua kalimat-kalimat yang telah dipersiapkannya untuk berhenti. Ia menghela nafas panjang karena merasa berdosa telah berburuk sangka kepada guru-gurunya. Setelah itu ia seperti kembali dihidupkan. Hatinya telah siap menerima berbagai tugas berat, dan berjanji akan menerima dengan lapang dada.
***
"Kangmas Klebat, apa kamu punya simpanan uang?"
"Tidak."
"Kamu sama sekali tidak menyimpan uang?"
"Tidak. Kalau butuh uang aku tinggal minta sama kakek. Kenapa? Kamu butuh uang?"
Kencana mengangguk pelan.
"Nanti aku bisa mintakan ke kakek!"