"Bukan itu inti persoalannya!"
"Kamu itu aneh!"
"Ya kamu itu yang aneh!"
"Kamu!"
"Kamu!"
"Ayo ikut aku!" Klebat meraih tangan istrinya dan mengajak ke sebuah tempat tidak jauh di belakang puri. Tempat itu bangunan tembok yang tertutup rapat tanpa jendela sama sekali, hanya ventilasi kecil yang cukup tinggi. Ia lalu membuka kunci pintu dan mengajak istrinya masuk.
Kencana tak kuasa menyembunyikan rasa takjub. Mulutnya ternganga lebar. Di dalam ruangan itu terdapat banyak emas batangan yang tertumpuk rapi. Memenuhi separuh ruangan.
'Jangan anggap perempuan itu lemah dan gampang dibodohi!' batin Kencanawati kesal.
Ia memang sedang mencari cara untuk melakukan sebuah pembalasan. Setelah melihat tumpukan emas batangan yang sangat banyak, rencana untuk melakukan itu semakin membanjiri pikirannya. Pembalasan yang tidak hanya setimpal, tapi akan jauh lebih kejam.
Terngiang ucapan kakek kanjeng, "Cucuku itu tidak pernah tertarik dengan persoalan bisnis! Dia bahkan sepertinya tidak tertarik dengan uang!"
'Bagus!' Perempuan yang sedang terluka itu tersenyum dalam hati. Ia menyadari telah menikah dengan orang kaya raya yang tidak tertarik dengan uang.