Mohon tunggu...
Rizqi Arie Harnoko
Rizqi Arie Harnoko Mohon Tunggu... Freelancer - Content Creator

Media and sports enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

MNC Group dan Emtek Makin Dominasi Industri TV di Era Disrupsi Digital Meski Beberapa Stasiun TV Lain Tumbang, Kenapa?

26 Januari 2025   12:57 Diperbarui: 26 Januari 2025   14:19 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jangan lupa, Emtek turut memiliki Nex Parabola sebagai transformasi dari Nexmedia untuk memperluas cakupan pelanggannya hingga ke pelosok tanah air.

Sebab Emtek menyadari bahwa tidak semua pemirsa bisa menerima sinyal siaran TV digital SCTV, Indosiar, MOJI, dan Mentari TV dengan antena UHF.

Di samping itu, pemirsa Indonesia juga menyukai tayangan olahraga dan karena itulah sebagian besar konten yang tersedia di Vidio juga bisa ditonton melalui Nex Parabola.

Walaupun ada pula konten yang tersedia di Vidio namun Nex Parabola tidak menayangkannya karena hak siar yang dimiliki oleh TV berbayar milik kompetitor.

Setali tiga uang dengan MNC Group, Emtek juga memberlakukan full encryption pada seluruh saluran FTA yang dimilikinya melalui satelit Telkom 4 per Agustus 2024 untuk meningkatkan pendapatan Nex Parabola sekaligus memperketat perlindungan hak cipta dari oknum local cable operator (LCO) yang mendistribusikan saluran di bawah naungannya secara ilegal.

Dengan strategi multi-platform seperti inilah, MNC Group dan Emtek boleh dikatakan sudah menguasai hampir sepenuhnya ekosistem industri TV nasional dengan konten yang nyaris lengkap, coverage area yang sangat luas, dan ketersediaan platform yang bisa menjangkau pemirsa di berbagai usia dan generasi.

Bagaimana dengan Trans Media? Grup media milik Chairul Tanjung di bawah bendera CT Corp ini boleh dikatakan cukup stabil lantaran kinerja cashflow Trans TV dan Trans7 yang masih terkendali.

Terkhusus bagi Trans7, beberapa program in-house buatannya masih diminati oleh pemirsa seperti Arisan dan Lapor Pak sehingga menghasilkan banyak pundi-pundi uang bagi stasiun TV yang semula bernama TV7 ini.

Namun itu semua belum banyak membantu Trans Media untuk bisa menyaingi kedigdayaan MNC Group dan Emtek yang sudah terlanjur menguasai hampir semuanya, lantaran ditopang pendapatan iklan dari program reguler (khususnya sinetron) yang boleh dikatakan terlampau tinggi di antara kompetitornya (secara akumulatif) ditambah monetisasi yang begitu agresif di platform DTH maupun OTT.

Sementara dua saudara muda dari Trans TV dan Trans7 yakni CNN Indonesia dan CNBC Indonesia justru tidak banyak berbicara secara rating dan share.

Minimnya pendapatan iklan meski sudah masuk ke platform TV digital terestrial memaksa terjadinya efisiensi dari segi SDM, ditambah dengan harus membayar biaya penggunaan hak merek yang tidak sedikit.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun