Kang Arya mengambil beberapa gambar dengan kameranya. Termasuk berfoto bersama anak pemilik kios. Tak lupa membayar segelas minuman rasa buah yang tadi membasahi kerongkongan mereka.Â
***
SMP tempat Bang Ahmad, Beli Gusti, dan Bang Jacky sudah terlihat. Berjalan semakin cepat, bersemangat menghampiri. Terlihat beberapa anak sedang sibuk memangkas rumput di depan kelas menggunakan parang. Mereka menyebutnya  tofa.Â
Beberapa anak yang lain nampak sedang latihan upacara dengan bendera hijau-kuning untuk latihan.Â
Langit terlihat bersih. Awan-awan sirus melukis tipis birunya langit Noehaen. Ya, desa ini bernama Noehaen. Desa yang dipisahkan oleh sungai dari Desa Pakubaun.Â
Lapangan bola terhampar hijau sejauh mata memandang. Bukan hijau rumput sintetis. Hanya rumput liar yang ikut tumbuh seiring guyuran hujan yang membasahi desa itu.Â
Seorang ibu guru keluar dari kelas menemui Kang Arya dan teman-temannya.Â
"Selamat pagi, Ibu!", Kang Arya memulai menyalami ibu guru, diikuti teman-temannya yang lain. Â
"Iya, selamat pagi. ", jawab ibu guru  yang diketahui bernama Maria dengan tatapan bingung. Sebuah lencana nama tersemat di bajunya.Â
Kang Arya dan teman-temannya memperkenalkan diri dan mengungkapkan maksud kedatangan mereka ke desa ini.Â
Melihat anak-anak SD berbaris di lapangan membuat Nia gemas ingin segera mengajar. Sekolah ini merupakan sekolah satu atap, yaitu jenjang SD dan SMP berada dalam satu gedung yang sama. Mereka belajar bergantian.Â
Nia berlari menemui anak-anak itu dan memandu mereka menyanyikan lagu Indonesia Raya.Â
Indonesia raya, merdeka merdeka
Tanahku negeriku semuanya
Indonesia raya, merdeka merdeka
Hiduplah Indonesia raya