Mohon tunggu...
Rhaisya Agustian
Rhaisya Agustian Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMA Negeri 1 Padalarang

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Novel Sejarah Mohammad Hatta

20 November 2021   16:54 Diperbarui: 20 November 2021   16:57 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hubungan mereka berdua sangatlah awet dan rukun. Menjalani setiap harinya, baik itu susah maupun senang, mereka tetaplah bersama. Bahkan, saat Hatta memutuskan untuk mundur dari bangku wakil presiden, mereka tetap harmonis. Tidak ada seikitpun keluhan dari sang istri mengenai keputusan sang suami. 

Menjadi mantan wakil presiden Indonesia bukan berarti keluarga Hatta dan istrinya itu bergelimangan dengan harta. Ada satu masa dimana Rahmi menginginkan sebuah mesin jahit yang ia sangat idam-idamkan, namun tidak mampu untuk membeli karena uangnya tidak cukup. Dan pernah suatu ketika Hatta tidak mampu membayar tagihan listrik dirumahnya,

Hai berganti dengan minggu, minggu berganti denmgan bulan dan bulan berganti dengan tahun. Kehidupan mereka selalu berjalan dengan sama, tetap harmonis dan bahagia. Hingga akhirnya Hatta mulai sakit sakitan dan mulai sering memasuki rumah sakit. Tubuhnya sudah mulai kelelahan untuk melakukan hal yang berat dan sulit dilakukan. 

Hatta masuk rumah sakit Cipto Mangunkusumo pada tahun 1963, kemudian masuk kembali tahun 1967, tahun 1971, 1976 dan 1979. Tercatat Hatta sudah mask RSsebanyak 5 kali. Alhamdulillah selepas masuk, ia selalu pulang dengan kesembuhan. Sakit merupakan hal wajar, ia akan pulih jika sudah waktunya. Akan tetapi, pada tanggal 3 Maret tahun 1980, hari itu menjadi hari terakhirnya pergi ke Rumah Sakit. Ia dirawat disana selama kurang lebih 11 hari. Hatta menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 14 Maret 1980 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

 

Hari itu menjadi hari terakhir perjuangan Hatta. Hari dimana tugasnya sebagai seorang ayah dan suami yang baik telah usai. Kali ini ia tidak pulang dengan keadaan sehat, tetapi pulang dengan keadaan tenang. Tenang sekali, sampai-sampai tak bergeming saat keluaganya tengah menangis. Sosok ayah dan suami yang selalu menjaga dan melindungi anak dan istrinya telah tiada. Yang ada hanyalah tubuh yang terbujur kaku disana. Tubuh dimana jiwa Hatta singgahi semasa hidupnya. Tubuh dimana wujudnya terpampang nyata dihadapan semua orang saat tengah membela bangsa. Hatta wafat pada hari itu, menyisakan pilu mendalam bagi semua masyarakat Indonesia.

 

Keesokan harinya, Hatta disemayamkan di kediamannya Jalan Diponegoro 57, Jakarta dan dikebumikan di TPU Tanah Kusir, Jakarta dan disambut dengan upacara kenegaraan yang dipimpin langsung uleh wakil presiden saat itu, Adam Malik. 

Jasadnya terkubur dalam tanah dan kembali akan menyatu dengan Bumi. Saat liang sudah tertutup rapat dan menghilang dari pandangan. Raganya terkubur bersamaan dengan dikenangnya perjuangan semasa hidup yang tercipta. Jasanya akan selalu dikenang, sebagai sosok yang setia, taat, amanah, jujur, tegar, sabar, tangguh, dan masi banyak lagi kebaikan-kebaikan Hatta yang lainnya. Waktunnya telah habis. Kini saatnya mengiklaskan kepergiannya dengan damai. 

Nama Hatta akan selalu dikenang sebagai sosok pahlawan negeri. Hingga pada tahun 1986 ia ditetapkan sebagai pahlawan proklamator. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun