Mohon tunggu...
Rhaisya Agustian
Rhaisya Agustian Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMA Negeri 1 Padalarang

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Novel Sejarah Mohammad Hatta

20 November 2021   16:54 Diperbarui: 20 November 2021   16:57 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

 

Hingga tibalah saat yang dinanti-nanti, tidak hanya oleh Hatta, akan tetapi oleh seluruh masyarakat Indonesia. Pembacaan teks Proklamasi Indonesia yang berlangusng di Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta pukul 10.00 WIB. Hari itu menjadi hari dimana seluruh rakyat bersorak kegirangan. Akhirnya, kemerdekaan yang selama ini mereka nantikan kehadiannya telah tiba. Hari dimana para pejuang yang gugur dapat merasa lega sepertinya, melihat pengorbanan yang mereka lakukan tidaklah sia-sia.

Dan pada keesokan harinya, tanggal 18 Agustus 1945, Hatta resmi dipilih sebagai Wakil Presiden RI yang pertama mendampingi Presiden Soekarno yang menjabat sebagai Presiden pertama Republik Indonesia. Tidak disangka-sangka bahwa, di anak kutu buku yang senang bermain air di kamar mandi, kini menjadi seorang wakil pemimpin Negara. Hatta telah menjadi seorang wakil Presiden Indonesia. Memanng perjalanan dan nasib hidup sesorang tidak akan ada yang tahu dan dapat memprediksi. Rahasia dan rencana yang disimpan oleh Tuhan tidaklah dapat kita tebak. Benar apa yang selalu menjadi pegangan Hatta, usaha, do'a, dan tawakal adalah kunci dari segala sesuatu.

 

Selama menjadi Wakil Presiden, Hatta amat gigih bahkan dengan nada sangat marah, menyelamatkan Republik dengan mempertahankan naskah Linggarjati di Sidang Pleno KNIP di Malang yang diselenggarakan pada 25 Februari -- 6 Maret 1947 dan menghasilkan Persetujuan Linggajati yang diterima oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sehingga anggota KNIP menjadi agak lunak pada 6 Maret 1947.

Pada saat terjadinya Agresi Militer Belanda I pada 21 Juli 1947, Hatta dapat meloloskan diri dari kepungan Belanda dan pada saat itu dia masih berada di Pematangsiantar. Dia dapat selamat bersamaan dengan Gubernur Sumatra Mr. T. Hassan yang tiba di Bukittinggi. Sebelumnya pada tanggal 12 Juli 1947 Bung Hatta mengadakan Kongres Koperasi I di Tasikmalaya dan berhasil menetapkan tanggal 12 Juli sebagai Hari Koperasi di Indonesia. Kemudian dalam Kongres Koperasi II di Bandung tanggal 12 Juli 1953, sosok Hatta diangkat sebagai Bapak Koperasi Indonesia. 

Kemudian, Bung Hatta dengan segala kewibawaannya sebagai Wakil Presiden hendak memperjuangkan Perjanjian Renville hingga berhasil. Dan upayanya tersebut mengakibatkan jatuhnya Kabinet Amir sehingga perlu digantikan oleh Kabinet Hatta. Pada era Kabinet Hatta yang dibentuk pada 29 Januari 1948, ia menjadi Perdana Menteri dan merangkap jabatan sebagai Menteri Pertahanan di Indonesia.

 

Suasana panas kembali timbul saat adanya Pemberontakan PKI di Madiun pada bulan September 1948. Peristiwa tersebut, semakin memuncak pada saat terjadinya penyerbuan tentara Belanda ke Yogyakarta, pada 19 Desember 1948. Hatta bersama Soekarno diangkut oleh tentara Belanda pada hari itu juga. Dan pada tahun yang sama, Hatta bersama Bung Karno diasingkan ke Menumbing, Bangka. 

Beberapa waktu setelah pengasingan karena mengalami adanya sebuah perundingan Komisi Tiga Negara (KTN) di Kaliurang, di mana Critchley datang mewakili Australia dan Cochran mewakili Amerika. 

 

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun