Nampaknya waktu yang ia habiskan untuk mengemasi buku-buku miliknya jauh lebih lama ketimbang saat ia mengemasi barang lain. Tak heran, Hatta yang sejak kecil gemar membaca pastilah memiliki buku yang banyak. Belum lagi saat usianya 16 tahun, Hatta telah gemar mengoleksi buku-buku. Buku tersebut sudah pasti banyak dan menumpuk. Buku koleksinya dikemas dengan peti berukuran 1x1x1 meter.Â
Karena nampak banyak sekali buku-buku yang harus ia kemasi, akhirnya Hatta meminta tolong bantuan rekan-rekannya untuk mengemasih buku. Karena, jika dikemasi sendiri, ia tidak tahu sampai kapan ia harus mengemasinya. Hatta kembali ke kampus, berharap terdapat beberapa temannya disana yang dapat ia temui dan dimintai bantuan. Sesampainya dikampus, ia bertemu dengan temannya yang sedang berkumpul di aula universitas. Tanpa ragu, Hatta pergi menghampiri mereka dan meminta bantuan.
"Hai, maaf sekali jika merepotkan. Tapi, saat ini aku sedang butuh sekali bantuan untuk mengerjakan sesuatu dirumah. Jadi, bisakah kalian datang dan membantu pekerjaanku?" pinta Hatta pada rekan-rekannya.
"Ohh... tentu saja. Kami siap membantumu. Jadi, haruskah kita pergi ke rumah mu sekarang?" jawab salah satu rekannya mengiyakan. Dan nampaknya, rekan Hatta yang lain pun nanmpak setuju-setuju saja dengan keputusan tersebut.
"Bolehh... lebih cepat lebih baik bukan?" seru Hatta nampak senang saat rekannya bersedia membantu.
Mereka semua telah tiba di kediaman Hatta. Semua orang masuk saat Hatta mempersilahkan mereka untuk masuk.
"Masuklah dan duduk-duduk terlebih dahulu! Aku akan membuat minuman penghangat dahulu untuk kalian" pinta Hatta sanntun pada rekannya.
Sifat hormat Hatta pada tamu amat sangat membuat mereka terkagum kagum. Pasalnya seorang Hatta yang sudah bisa dikatakan sebagai seorang tokoh, masih memiliki sikap seperti itu sungguh luar biasa.
"Tidak apa-apa, mengapa harus repot-repot. Disini kami hanya membantumu saja, tidak perlu diperlakukan seperti tamu" ucap salah satu rekannya. Ia merapa canggung jika diperlakukan seperti itu oleh Hatta.
"Tidak apa-apa... santai saja. Kalian tunggu disini ya!" pinta Hatta tanpa ingin dibantah lagi permintaannya.
Setelah selesai membuat teh hangat, mereka berbincang sebentar. Lalu pergi ke ruang tempat Hatta meletakkan buku-bukunya. Mereka mengemasi buku tersebut dalam kotak. Nampak banyak sekali jumlah buku yang harus mereka kemasi. Rekan-rekan Hatta lagi-lagi merasa kagum. Pantas saja Hatta cerdas orangnya. Jumlah buku yang ia baca pun sudah tak terhitung jumlahnya. Begitu kiranya isi hati mereka saat tengah mengmasi buku-buku milik Hatta.