Hatta melangsungkan sekolah di MULO selama tiga tahun lamanya. Belajar dengan giat dan tetap aktif dalam berorganisasi dan mengaji, merupakan bukti seberapa produktif kah hidup seorang Muhammad Athar. Ia lulus dari MULO pada tahun 1919. Kemudian, ia melanjutkan jenjang pendidikannya ke Batavia. Ia bersekolah di Sekolah Tinggi Dagang Prins Hendrik School yang berlokasi di Batavia pada tahun 1919. Di sana, ia mendalami ilmu ekonomi dan perdagangannya yang akan sangat berguna suatu saat nanti. Apalagi, Hatta yang berasal dari keluarga pedagang dan memiliki ketertarikan akan organisasi perdagangan, maka jenis pendidikan tersebut akan sangat cocok baginya.Â
Butuh waktu tiga tahun lamanya bagi Hatta hingga akhirnya ia lulus dari PHS. Belajar banyak menganai perdagangan dan ilmu ekonomi disana, menjadikan Hatta lebih matang dan fasih mengenai hal tersebut. Belum lagi ia masih menjadi seorang Bendahara di Batavia. Hatta lulus dari PHS pada tahun 1921.Â
 Â
Di rumah keluarga yang rukun dan sejahtera, Hatta sedang berkumpul dengan seluruh anggota keluarganya. Mulai dari ayah, ibu, kakak dan juga dik-adiknya tengah berkumpul bersama. Mereka makan bersama, mengobrol banyak hal dan bahkan bernostalgia dengan kenangan-kenangan di masa lalu. Hal-hal umum yang biasanya dilakukan oleh keluarga pada biasanya. Namun, sepertinya saat-saat dimana keluarga mengenang atau bahkan menceritakan masa lalu menjadi waktu yang amat sangat mengharukan. Mengulang kembali memori kanak-kanak mereka. Mas-masa dimana mereka hanya mengerti bermain dan bermain. Masa dimana Hatta masihlah menjadi anak aktif yang banyak tingkah, sebelum akhirnya ia beubah menjadi anak yang serius dan fokus seperti sekarang. Bagaimana tidak, usianya sekarang telah menginjak tahun ke-19. Usia dimana ia sudah mengerti dengan keadaan yang ada, dan paham akan apa yang sedang terjadi di negerinya.
Saat tengah mengobrol bersama, Hatta mulai membuka suara. Ia hendak menyampaikan sesuatu pada abi dan ibunya mengenai rencana yang ia buat untuk kedepannya.
"Bi..,bu.., Hatta memiliki keinginan untuk kembali melanjutkan pendidikan Hatta. Apakah abi dan ibu menyetujui keputusan Hatta?" pinta Hatta pada orang tuanya. Sedangkan sang kakak hanya menyimak pembicaraan sembari membaca surat kabar dan adik-adiknya menyimak pembicaraan dengan serius.
"Memangnya apa rencana kamu? Kamu akan melanjutkan study mu kemana?" tanya Haji Ning pada Hatta.
Saleha hanya diam tanpa berniat mengganggu keputusan. Yang ia akan lakukan hanyalah mengiyakan apa yangn menjadi pilihan Hatta. Pasalnya, penolakan Saleha atas keputusan Hatta untuk bersekolah di Batavia saat itu sudah cukup baginya. Ia tidak ingin menghalanh halangi lagi cita-cita atau keinginan Hatta. Lagipula, saat ini Hatta sudah dewasa, ia sudah berhak memutuskan sendiri jalan hidupnya selama bertujuan baik.
"Aku berniat untuk mengajukan beasiswa untuk bersekolah di Belanda. Semoga saja pengajuanku dierima oleh pemerintah nantinya."
Mendengar pernyataan sang kakak, adik-adik Hatta merasa sedih. Mereka sedih karena nantinya mereka akan ditinggal lama oleh sang kakak.
"Itu semua keputusanmu..., abi dan ibumu tidak akan menghalngi keputusan mu untuk hal tesebut. Pergilah jika memang kau mau, karena belajar bukanlah hal yang memiliki batas."