Mohon tunggu...
Rhaisya Agustian
Rhaisya Agustian Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar SMA Negeri 1 Padalarang

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Novel Sejarah Mohammad Hatta

20 November 2021   16:54 Diperbarui: 20 November 2021   16:57 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saleha, sebagai seorang ibu dari dua anak tentunya tidak dapat terus terpuruk dengan kedaan. Sebagai ibu yang baik, ia harus dapat mencoba tegar menghadapi keadaan dan terus berjuang demi kelangsungan hidupnya dan kedua anaknya. Saleha tidak ingin membebani orang tuanya maupun anggota keluarganya yang lain. Ia menikah menikah lagi dengan Haji Ning, seorang pedagang asal Palembang. Menikah lagi setelah kematian suami lamanya bukanlah keputusan yang buruk. Jika mengingat bahwa ia memiliki Hatta yang masih bayi, itu merupakan keputusan yang baik, karena Saleha masih harus memikirkan masa depan anaknya. Haji Ning merupakan pedagang yang sering berhubungan dengan Ilyas Bagindo Marah yang tak lain dan tak bukan, merupakan ayah dari Siti Saleha sendiri. Karena keluarga Saleha merupakan keluarga pedagang, maka tak heran jika sering bertemu dengan pedagang lainnya juga.

Pernikahan Saleha dengan Haji Ning melahirkan empat orang anak perempuan. "Hatta.., bisakah kau tolong bantu ibu menjaga adikmu dulu sebentar? Ibu tengah sibuk membuatkan makan siang untuk kita saat ini..!." Titah sang ibu pada Hatta. "Baik bu.., biar aku yang menjaganya, ibu jangan khawatirkan mereka... Mereka aman dengan kakaknya yang tampan ini.." Timpal Hatta dengan sedikit candaan yang mampu membuat sang ibu tersenyum dan terkekeh disela sela aktivitas memasaknya. Anak laki-lakinya itu selalu aja memiliki ide ataupun kata-kata ajaib yang mampu membuat sang ibu terlupa akan penatnya menjalani aktivitasnya sebagai seorang ibu rumah tangga untuk sesaat. Mengajak adiknya bermain boneka, tertawa bersama dan tak jarang Hatta menggelitiki sang adik yang hingga ia tertawa lebar sehingga Hatta pun gemas dibuatnya, begitulah kira-kira aktivitasnya bersama sang adik selama menunggu sang ibu membereskan masakannya. Tak lama setelahnya, makananpun telah siap, sang ibu memanggil Hatta untuk pergi ke meja makan, "Anak tampan... ayo kemari, kita makan siang terlebih dahulu. Jangan lupa bawa adikmu mu juga!". "Baik bu... Ayo adik, kita makan.....!" Timpal Hatta pada sang ibu dan dengan girangnya mengajak sang adik untuk pergi bersama untuk makan siang bersama-sama.

"Bu...kenapa setiap orang perlu makan sayur sayuran?. Padahalkan rasanyakan tidak enak." Tanya Hatta pada sang Ibu disela-sela kegiatan makan siangnya.

"Hatta..anakku yang tampan dan manis ini sepertinya suka sekali mengobrol saat sedang makan ya..?. Sekarang habiskan dulu makanannya, barulah nanti setelah makan ibu akan jelaskan pada kamu apa alasannya. Oh..dan satu lagi, jangan lupa untuk memakan habis sayuran dipiringmu, jika tidak besok ibu tidak akan masak makanan kesukaanmu lagi!." Timpal sang ibu pada Hatta yang sudah memanyunkan bibirnya hingga ia terlihat seperti anak ayam yang sangat menggemaskan. Didikan Saleha dalam hal tatakrama yang diajarkan dalam islam, sudah ia terapkan sejak Hatta kecil. Hal itu dilakukan agar ia terbiasa hingga nanti saat ia telah dewasa, kebiasaan itu akan masih melekat padanya. Hatta yang berasal dari keluarga ulama tentu perlu memiliki dasar ajaran tatakrama yang baik oleh karenanya, itulah alasan lain dari apa yang diajarkan Saleha pada sang putra.

Waktu terus berjalan sesuai dengan ketentuanya. Setelah jam makan siang, Hatta masuk ke dalam kamar dan pergi mengambil buku bacaan yang terletak di rak buku samping tempat tidurnya. Buku yang ia baca berjudul Kisah Kerajaan Tikus. Tentusaja bacaan Hatta merupakan bacaan dongeng ringan, bacaan normal yang digemari anak-anak seusianya saat itu. Hatta buka buku bacaanya tepat pada halaman yang sudah diberikan tanda. Tanda dimana terakhir kali halaman yang ia baca pada buku tersebut. Buku yang berisikan tulisan hitam dan kertas yang berwarna putih kekuningan ia baca dengan tenang sembari membaringkan tubuhnya diatas kasur kamar yang empuk dengan sprai berwarna biru tua. Lama membaca buku tersebut, sepertinya membuat matanya lelah hingga ia tertidur lelap dengan buku yang masih berada di atas pangkuannya. Hatta tertidur dengan lelap, sepertinya santapan makan siang dan bacaan dongen sudah cukup untuk membuatnya mengantuk dan tertidur dengan lelap. 

Saat tengah berjalan menuju kamarnya untuk menidurkan sang putri kecil, Saleha pergi melihat sekilas ke arah kamar Hatta. Ia penasaran, apakah yang sedang Hatta lakukan di kamarnya hingga ia setenang ini. Perlahan pintu kamar mulai dibukanya. Soleha mengintip sedikit kedalam dengan tujuan agar tidak mengganggu aktivitasnya, karena Saleha datang hanya memastikan tanpa mengganggunya. Saleha tersenyum kecil melihat sang putera tengah tertidur pulas dengan buku di pangkuannya. Iapun bergegas pergi ke kamarnya, menaruh puteri kecilnya terlebih dahulu agar tidurnya tidak terganggu. Setelah menaruhnya di kamar, Saleha pergi masuk ke dalam kamar Hatta, membenahi posisinya dengan hati-hati, menyelimuti Hatta hingga kelututnya dan mengecup keningnya dengan penuh kasih sayang.

Angin menghembus tenang, dan langit sore pun mulai menyapa negeri. Hatta yang tengah terlelap dalam tidurnya mulai terusik oleh cahaya matahari sore yang masuk melalui jendela kamar yang terletak di samping kanan kasur tempat ia berbaring. Hatta membuka matanya sedikit demi sedikit. Ia menggeliat geliat, merengangkan tubuhnya yang terasa kaku setelah terlelap dalam tidur siangnya yang nyaman. Terbangun dengan raut wajah yang terlihat masih sedikit mengantuk, ia berjalan keluar kamar memanggil manggil sang ibu dengan suara serak selepas bangun tidur.

"Bu..bu...., ibu di mana? Ibu di kamar?" Seru Hatta memanggil sang ibu manja.

"Ibu di dapur...Kau sudah bangun? Pergi cuci mukamu terlebih dahulu nak, jangan sampai kamu bertemu ibu dengan muka bantalmu itu!" Sahut sang ibu pada Hatta diiringi dengan gurauan singkat pada anaknya. Pasalnya wajah Hatta akan sangat menggemaskan jika ia sudah merajuk.

"Iish..baru saja bangun sudah diledeki. Ibu menyebalkan kadang-kadang. Untung saja aku sayang padanya" Gumam Hatta sembari mengucek ucek matanya tak gatal.

"Baik bu..." Serunya pada sang ibu.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun