"Kamu, harus terima sudah hampir 8 tahun kami menunggu dan menerimamu dengan baik, karena Barly berkeras menikahimu tetapi apa yang kami tunggu tidak kunjung kamu berikan. Kamu wanita mandul yang tidak tahu diri," suara ibu mertua meninnggi seakan ingin menelan Friska.
Seketika Barly bangkit dan mengangkat meja didepan buliknya lalu dibanting hingga berantakan.
"Ibuuuu!!" teriak Barly.
"Jangan membentak Ibu, Yah," guman Friska sambil mendekat dan memeluknya dari belakang, ia mencoba menenangkan suaminya dan hatinya sendiri.
"Berteriaklah sepuasmu, Barly. Tapi ingat, persiapannya sudah matang dan kamu harus menurut kata ibu!!" suara sang ibu masih meninggi.
Barly berdiri mematung dengan dipeluk Friska dari belakang yang mencoba menenangkannya.
"Ibu, Ibu tidak perlu kwatir Mas  Barly tidak akan membantah perintah Ibu, saya akan menjamin Mas Barly menuruti perintah Ibu," ucap Friska dengan suara mantap. Barly tidak mampu berkata apapun.
"Baguslah, Itu yang terbaik daripada hidup dengan wanita mandul tidak berguna," sahut sang Ibu.
Ruangan kembali hening.
"Jika sudah selesai silakan kalian tinggalkan kami," Suara Barly bergetar menahan amarah yang sudah tidak sanggup lagi diluapkan.
Kemudian Ibu, bulik Rum, Ratih dan Serly meninggalkan kamar. Barly memeluk istrinya erat. Tanpa kata-kata mereka saling meluapkan kesedihan masing-masing, Â hati Friska hancur berkeping-keping. Â Friska mencoba tegar dan membalas pelukan suaminya.