Beberapa hari tanpa Barly, terasa sepi hidup Friska. Walaupun dirumah besar itu ada seorang pembantu yang menemaninya. Tetapi, tetap saja rasa kesepian terasa sekali dihari-harinya. Jika siang tidak begitu berasa, karena dikantor banyak temannya dan disibukkan oleh pekerjaan. Saat sudah dirumah dan malam telah hadir sepi itu menggelitik hatinya. Beberapa kali berusaha menelpon Barly tetapi selalu saja mendapat jawaban dari operator "nomer yang anda tuju sedang sibuk, cobalah beberapa saat lagi."
Chat whatshap kadang hanya diread saja. Sungguh ini membuat hati Friska bertanya-tanya. Dia merasa aneh dengan tingkah suaminya. Ada apa gerangan hingga seorang Barly yang lemah lembut, penuh kasih sayang dan memanjakannya sekarang mengabaikannya  seakan ingin lepas dari tanggungjawab dari seorang suami. Membiarkan istrinya sendirian dirumah dan kemana-mana sendiri. Friska merasakan keanehannya lagi setelah sang suami yang waktu itu pamit dua minggu ternyata mengulur waktu kepulangannya dengan alasan ibu belum mau ditinggal. Dan, saat Friska ingin menyusul ke Semarang, Barly melarangnya.
"Ada apa sebenarnya ini," batin Friska berkali-kali.Â
Terkadang terbersit pikiran buruk, namun akhirnya pikiran buruk tersebut dibuangnya jauh-jauh. Ia tidak ingin berpikiran negatif terhadap suaminya. Walaupun berjauhan dengan suami sungguh membuatnya sangat tidak nyaman. Sangat tersiksa dan sangat kesepian. Namun, sebagai seorang istri Ia tidak ingin dianggap istri pembangkang, sehingga Ia menuruti saja apapun yang suaminya katakan. Seringkali dalam komunikasi selama mereka berjauhan terjadi pertengkaran. Hal kecilpun bisa menjadi pemicu. Friska mencoba memahami apapun yang terjadi saat ini. Ia tidak ingin semakin memperkeruh keadaan dengan mengimbangi kemarahan-kemarahan suaminya. Pernah suatu malam Friska mengirim chat lewat whatshap bertanya
Kapan pulang, Yah.Â
Tidak tergerak sedikitpun suaminya membalas apalagi menenangkan hatinya. Chat hanya dibaca lalu hp di offline-kan. Â Friska hanya bisa menangis dan menumpahkan semuanya kepada sang pemilik Alam.
**
Friska  duduk diteras samping rumahnya sambil membuka galeri foto dihpnya, melihat-lihat gambar bersama suaminya. Tiba-tiba ada chat whatshap masuk.
Aku pulang besok, selanjutnya nanti aku kabari lagi.
Hanya kalimat itu yang dikirim, lalu hp offline. Karena chat balasan Friska hanya centang satu.
Friska sedikit kaget dengan kalimat yang dikirim suaminya, baginya itu kalimat asing dan aneh. Bertahun-tahun bersama, Barly tidak pernah menyebut "aku" jika berkomunikasi, Dia selalu menyebut "ayah" saat mewakili dirinya. Hasrat Friska ingin bertanya banyak hal. Namun, Â ditahannya. Sebab selama ini Barly selalu salah paham jika berkomunikasi dengannya.Â