"Lalu, bagaimana dengan  pekerjaanku, Yah?"
"Bunda, tidak usah ikut. Dirumah, kekantor, Â tunggu ayah pulang," ekspresi wajah Barly terlihat kaku, seakan menahan sesuatu yang tidak enak dalam benaknya.
"Ayah maunya begitu, baiklah" jawab Friska.
"Ini Ibu yang menginginkannya, maaf ayah tidak sanggup menolak permintaan ibu" jawab Barly sambil menundukkan kepalanya.
"Baiklah, lalu kapan ayah mau berangkat?"
"Besok pagi."
"Hah, secepat itu?" Friska sangat terkejut dan hampir saja meledak kemarahannya, namun Friska mampu mengendalikan gejolak hatinya. Ia tahu, suaminya dalam posisi yang sedang sangat tidak nyaman.
Barly memeluk Friska yang duduk disampingnya lalu mengecup kepala istrinya kembali. Friska diam seribu bahasa. Sesaat kemudian Ia beranjak. Sambil berdiri untuk pamit pada suaminya dia berkata :
"Aku, siapkan baju-baju ayah dulu ya yang mau dibawa kerumah Ibu."
Barly menarik tangan Friska agar duduk kembali.
"Temani ayah saja, tidak perlu disiapin baju-bajuku, aku sudah menatanya sendiri semuanya sudah siap."