Mohon tunggu...
Gendis Pambayun
Gendis Pambayun Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perempuan peramai dunia dan pengedukasi kesehatan jiwa

Seorang penyuka makanan pedas, penyuka seni dan budaya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ayah mencintaimu, Nda

19 Oktober 2018   08:28 Diperbarui: 19 Oktober 2018   08:55 1203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Percayakah ayah tentang ucapanku ini, sedang mereka jika didepan ayah begitu baik, manis dan seakan sangat menyayangiku."

Berbagai pertanyaan dan pertimbangan berkecamuk dalam pikiran Friska. Dia, tidak mungkin menceritakan kepada suaminya. Dengan menceritakan semua yang didengarnya akan sangat tidak baik bagi suaminya juga ibu mertuanya. Namun, jika tidak diceritakan Friska merasa tidak kuat menghadapi sendirian. Akhirnya hanya kepada pemilik semesta Dia berpasrah. Mencurahkan segala keluhnya dan memohon agar diberi kekuatan dalam menghadapi apapun nantinya.

Semenjak kejadian itu, Friska tidak pernah lagi berkunjung ke ibu mertuanya. Kecuali lebaran dan ada hal-hal penting yang mewajibkan ia hadir. Hingga Barlypun sempat menanyakannya.

"Bunda, kenapa tidak pernah ke rumah ibu lagi?" tanya Barly  dengan lembut.

"Tidak apa-apa, yah. Nanti kalau Bunda santai dan pekerjaan kantor tidak menumpuk, bunda main," sahut Friska tanpa menoleh kearah suaminya. Ia takut suaminya bisa membaca ekspresi wajahnya. Barlypun diam. Lalu berdiri melangkah medekati Friska. Sambil memijit pundak Friska, Barly berkata:

"Jika ibu ada salah maafkanlah, orangtua memang kadang menjengkelkan kita, tetapi bersyukurlah kita masih ada ibu walaupun kadang ibu sangat membuat kita salahpaham dengan keinginannya."

Tangan Friska menggenggam tangan suaminya diatas pundaknya. Dia berhenti mengetik lalu menghela nafas.

"Iya, yah, tenang saja. Bunda tidak merasa ibu melakukan keburukan apalagi menyakiti aku," sahut Friska sambil mendongakkan kepala memandang wajah orang yang dicintainya.

"Baiklah, sayang. Lanjutkan pekerjaanmu, jika sudah selesai lekaslah menyusulku. Aku sudah mengantuk," sahut Barly sambil mengecup kepala sang istri.

"Iya, Yah" sahut Friska sambil tersenyum.

Terngiang kembali percakapan ibu dan tantenya Barly ditelinga Friska. Namun, seketika itu juga ditepisnya jauh-jauh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun