Peristiwa yang Mr. Mills sebutkan terjadi pada 1377 adalah peristiwa di mana (Maha)raja Jawa mengirimkan orang untuk menghentikan dan menghabisi/mengirim pulang utusan-utusan kaisar Cina (Groeneveldt, hal. 69).Â
Sedangkan, pendudukan Jawa atas San-bo-tsai/San Fo-ch’i/Sriwijaya sendiri sudah tercatat dalam catatan sejarah dinasti Sung (Song) pada sekitar tahun 992 (Groeneveldt, hal. 65).Â
Karenanya juga, peristiwa yang beliau sebutkan sebetulnya tidak terjadi di Palembang, tetapi justru di Chan-pi (Jambi), sebagai ibu kota lama kerajaan San-bo-tsai/San Fo-ch’i/Sriwijaya. Dan peristiwa pendudukan itu sendiri, berdasarkan catatan sejarah Cina, tidak dimulai pada masa itu - tetapi sudah berjalan selama (kurang-lebih) 385 tahun.
Dari keterangan beliau ini, kita mendapatkan kepastian bahwa "Jawa" yang disebutkan dalam catatan sejarah Cina menduduki kerajaan San-bo-tsai adalah Kemaharajaan Majapahit, walau informasi dalam catatan sejarah Cina menerangkan bahwa pendudukannya sendiri sudah dimulai bahkan sebelum kemaharajaan ini berdiri (1293) - entah apa yang sebenarnya terjadi.Â
Sebab kita mendapatkan nama "Majapahit" dalam catatan kaki Mr. Mills, kita bisa membuat perkiraan bahwa Maharaja Prabu (Ma-ha-la-cha-pa-la-pu) yang disebutkan mengirim utusan-utusan dan persembahan kepada kaisar Cina pada tahun 1371 adalah Maharaja Prabu Hayam Wuruk yang berkuasa pada 1350–1389. Beliau jugalah yang disebut-sebut menghentikan dan menghabisi/mengirim pulang utusan-utusan kaisar Cina (yang menurut kaisar Cina sendiri: "dengan sangat santun" [with great politeness], Groeneveldt, hal. 70) pada sekitar tahun 1377.
Satu catatan kecil yang membuat penyebutan tahun ini sangat menarik, setidaknya berdasarkan informasi yang ada dalam situs Wikipedia (yang, harus diakui, masih sangat patut dipertanyakan keabsahannya), pada tahun ini jugalah Maharaja Prabu Hayam Wuruk disebut-sebut menundukkan Suvarnabhumi "karena pelanggaran yang dilakukan penguasanya saat itu".Â
Jika kita menggunakan keterangan yang didapat dari catatan sejarah Cina, kita tahu pelanggaran apa yang dimaksudkan di sini, tindakan apa yang lalu dilakukan oleh Maharaja Prabu Hayam Wuruk, dan apa yang sebetulnya terjadi secara keseluruhan.
Namun, hal yang paling menarik bagi penulis dari keterangan-keterangan ini adalah penyebutan nama "Suvarnabhumi". Keterangan-keterangan yang kita dapatkan, pada akhirnya, bukan saja menghubungkan antara San-bo-tsai/San Fo-ch’i dengan Sriwijaya, tetapi juga dengan daerah yang disebut sebagai "Negeri Emas" (SuvaṇṇabhumÄ«).Â