Hal ini, dalam “proses” identifikasi letak kerajaan San-bo-tsai, dapat menjadi indikasi awal kesalahpahaman yang terjadi.
Namun, pun demikian, setidaknya kita dapat mengetahui bahwa tempat yang didatangi oleh shifu Ma Huan adalah Palembang dari keterangan-keterangan yang beliau berikan.
Misteri Tan-kang/Tan-chiang
Salah satu contoh yang bisa diberikan bahwa keterangan beliau mengarahkan kita pada wilayah Palembang adalah keterangan beliau yang menyebutkan bahwa kapal-kapal yang datang masuk ke Selat Ban(g)ka (P’eng-chia) di sungai Tan-kang (Fresh Water/Air Tawar) yang, menurut meester Groeneveldt, merupakan sebutan orang Cina untuk sungai di Palembang. Penyebutan “P’eng-chia” (Selat Bangka) dalam catatan beliau ini jelas mengarahkan kita pada Palembang – khususnya jika kita masuk ke Palembang dari muara sungai Musi. Namun, keterangan ini sendiri sebetulnya bukan tanpa tanda tanya. Hal ini dapat kita lihat dari catatan kaki yang diberikan Mr. Mills; yang sekaligus akan menunjukkan bagaimana memahami posisi shifu Ma Huan, sebagai seorang saksi mata, akan sangat mempengaruhi pemahaman kita terkait catatan yang beliau tinggalkan.
Dalam terjemahan versi Mr. Mills, beliau menjelaskan bahwa keterangan terkait urutan "masuk" kapal-kapal ke Palembang yang terdapat dalam catatan shifu Ma Huan sebetulnya terbilang aneh. Hal ini dikarenakan catatan tersebut menyebutkan bahwa: kapal-kapal pertama-tama melalui Tan-chiang atau Tan-kang, yang beliau pahami sebagai "muara Air Tawar" (Fresh Water estuary) atau Sungai Palembang, sebelum masuk ke Selat Ban(g)ka (P’eng-chia strait).
Lalu, kapal-kapal akan ditambatkan dekat dengan menara-menara yang terbuat dari batu bata (meester Groeneveldt menyebut kata “pagoda-pagoda” yang terbuat dari bata – hal. 73), sebelum melanjutkan perjalanan dengan kapal-kapal kecil untuk menuju ke ibu kota (Palembang).
Urutan ini jelas terbalik jika yang dijelaskan adalah urutan “masuknya” kapal-kapal dari Selat Bangka ke Palembang, sebab kapal-kapal seharusnya melewati Selat Bangka sebelum masuk ke sungai Musi - dan bukan sebaliknya. Keanehan ini menimbulkan tanda tanya bagi siapa pun yang membaca catatan tersebut.
Karenanya, Mr. Mills menjelaskan kemungkinan bahwa shifu Ma Huan semata “mengutip” keterangan ini dari catatan orang lain; atau dari Wang Ta-yuan yang menulis (tentang) Chiu-chiang (Ku-kang).
Dalam catatannya, Wang Ta-yuan menyatakan "dari Tan-chiang (Tan-kang), masuk ke P’eng-chia men". Namun, beliau tidak menyebutkan arah tujuan kapal-kapal tersebut. Menurut Mr. Mills, shifu Ma Huan melakukan kesalahan dalam kutipan beliau dan, alih-alih menjelaskan tentang “keluarnya” kapal-kapal dari Palembang, beliau justru menunjukkan arah masuk ke Palembang.
Pada titik inilah, pemahaman kita terkait posisi shifu Ma Huan sebagai orang yang mendatangi langsung tempat tersebut dapat memainkan perannya: mengapa shifu Ma Huan, sebagai orang yang mendatangi langsung tempat tersebut, harus mengutip keterangan orang lain? Bukankah hal ini justru menjadi semakin aneh? Lagi pula, menurut Mr. Mills sendiri, Wang Ta-yuan tidak menyebutkan arah tujuan kapal-kapal tersebut.
Lalu, bagaimana beliau bisa tahu bahwa yang dituliskan oleh Wang Ta-yuan berbeda dari yang dijelaskan oleh shifu Ma Huan? Karenanya, walau shifu Ma Huan menyebutkan tentang Selat Bangka (P’eng-chia), perihal masuknya kapal-kapal ke Palembang dari muara sungai Musi dalam catatan beliau sebetulnya masih menyisakan tanya: apa yang sebenarnya terjadi?
Jika mau mudah, bisa saja sebetulnya kita asumsikan bahwa shifu Ma Huan semata melakukan kesalahan dalam penjelasan beliau. Dengan demikian, kita tidak perlu pusing-pusing untuk memikirkan apa yang terjadi.