Sayangnya, keterangan dalam Wikipedia tentang Maharaja Prabu Hayam Wuruk yang menaklukkan Suvarnabhumi tidak turut serta memberikan sumber-sumber utama - dan oleh karena itu keterangan ini, dapat dikatakan, masih terbilang sangat lemah atau meragukan.
Jika saja ada yang mau berbaik hati untuk memberikan sumber utama dari keterangan tersebut, mungkin kita dapat melangkah lebih jauh.Â
Akan tetapi, perihal nama-nama yang berbeda-beda ini sebetulnya juga cukup penting untuk dipahami - yang karenanya, penulis akan menjelaskan sedikit terkait perbedaan nama-nama itu di akhir tulisan-tulisan ini.Â
Tetapi, pada titik ini, kita sangat butuh untuk kembali pada catatan Ying-yai Sheng-lan dari shifu Ma Huan.
Salah satu pernyataan penting shifu Ma Huan dalam catatan beliau, khususnya mengenai kesalahpahaman identifikasi letak kerajaan San-bo-tsai, sesungguhnya adalah pernyataan bahwa Ku-kang yang dulu dikenal sebagai San-bo-tsai "tidaklah luas" (Groeneveldt, hal. 73 – Mills, hal. 99).Â
Keterangan ini sebetulnya kurang tepat secara historis, sebab kita sekarang tahu bahwa kerajaan ini tidak saja terhubung dengan Palembang, tetapi juga dengan Jambi. Lalu, mengapa shifu Ma Huan menyatakan bahwa Ku-kang "tidaklah luas"?
Pernyataan shifu Ma Huan sebetulnya tidak salah, jika Ku-kang yang beliau sebutkan hanyalah wilayah Palembang. Hanya saja, dengan menghubungkan wilayah ini dengan "San-bo-tsai", beliau sejatinya menyiratkan bahwa yang beliau maksud adalah "Ku-kang" sebagai kerajaan - inilah yang sebenarnya menimbulkan masalah.Â
Hal ini disebabkan kerajaan San-bo-tsai sebenarnya adalah kerajaan yang luas, di mana wilayahnya termasuk Jambi dan daerah-daerah lainnya. Namun, pada saat kedatangan shifu Ma Huan, kerajaan ini telah mengalami "penyusutan". Hal ini sesuai dengan keterangan yang diberikan dalam catatan dinasti Ming tentang peristiwa yang terjadi pada sekitar tahun 1407.
Keterangan terkait "penyusutan" kerajaan San-bo-tsai diberikan pada saat kaisar Cina menunjuk seseorang bernama Chin-ch’ing sebagai Penjaga Perdamaian (di) Ku-kang (Pacificator of Ku-kang), terdapat pernyataan yang menyatakan bahwa: wilayah yang beliau kuasai tidaklah luas dan tidak dapat disandingkan dengan kerajaan San-bo-tsai yang dulu (hal. 71-72).Â
Hal ini dikarenakan, walau beliau ditunjuk oleh kaisar Cina, beliau sejatinya juga berada di bawah kekuasaan Jawa (Majapahit yang pada saat itu dipimpin oleh Maharaja Wikramawardhana).
Jika kita menambahkan informasi yang kita dapat dari catatan dinasti Ming ke dalam pernyataan shifu Ma Huan, kita dapat memahami bahwa shifu Ma Huan, sebagai seorang saksi mata, sebetulnya hanya sebatas menjabarkan apa yang beliau lihat; yaitu Palembang (Ku-kang) sebagai suatu wilayah - tetapi tidak sebagai kerajaan.Â