Mpok Nasipe kian haru. Anaknya ternyata lebih jantan daripada bapaknya. Tapi tetap  saja sebagai ibu sekaligus bapak, ia harus berbuat. Tapi pinjem kemane ye?
***
Senja lindap. Malam menyergap. Selubung hitam Jakarta terhampar. Dalam selubung itu, dua makhluk molek bertukar rasa dalam kamar sebuah apartemen elite. Hanya beberapa ratus meter dari kawasan Segitiga Emas di jantung kota.
"Tadi kok kamu makannya tidak bernapsu, Rin? Masakannya tidak enak ya? Padahal restoran tadi restoran Perancis terkenal lho!"
Arin tersenyum dipaksakan. Menatap Wening yang sedang menuangkan wine merah.
"Enak kok. Aku lagi banyak pikiran aja," jawab Arin sambil menerima sesloki wine dari Wening. Cairan anggur merah itu lekas menggelontor kerongkongannya.
"Ih, kamu minum wine kok tidak ada seninya sih!" protes Wening melihat Arin menenggak wine seperti minum air kendi.
"Wine itu karya seni. Minumnya harus dengan style. Dicicipi dulu. Pelan-pelan. Nah, biarkan rasanya menyebar ke seluruh bagian lidah," cerocos Wening.
"Wine juga tidak bisa untuk teman sembarang makanan. Untuk hidangan ikan, pakai wine putih. Sementara untuk hidangan daging, wine merah lebih cocok. Feel-nya lebih pas!"
"Aku tahu. Pelangganku kan banyak yang bule juga."
"Sorry, aku lupa. Aku kan French-minded banget gitu loh!"