"Apa menjadi pasangan bagi seorang pangeran adalah sesuatu yang menyeramkan, nona?"
"Hmm.. Bagiku, itu lebih dari sekedar menyeramkan."
"Jika nanti pangeran memilih Anda? Bagaimana nona? Apa Anda akan menolaknya di hadapan semua orang disana?"
"Entahlah Seri! Kalaupun aku terpaksa menerimanya, itu hanya karena aku tidak ingin membuat masalah lagi dengan ayahku. Dan aku tak akan mempermalukan pangeran Edmund di hadapan semua orang. Aku akan menerimanya. Ya! Tapi, itu.... hanya bersifat sementara."
"Ah, Saya mengerti maksud Anda, nona. Eh? Kapan Anda mengenakan kalung itu nona? Anda memakainya tanpa bantuan Saya." kedua mata Seri menangkap sebuah kalung emas putih dengan liontin inisial N, tengah bertengger di leher nonanya.
"Tentu saja aku memakainya sendiri, sebelum keluar dari kamar. Kau tahu, Seri? Kalung ini pemberian Matias."
Seri menutup mulutnya dengan sebelah telapak tangannya dan membulatkan matanya. Setengah tidak percaya dengan apa yang didengarnya barusan. Perjalanan di petang hari yang sejuk itu, masih terus berlanjut. Jarak tempuh dari kediaman duke Eduardo ke istana memang cukup jauh.
Nivea dan Seri juga masih berbincang tentang hal lain. Namun di dalam hati, sesungguhnya Nivea ingin malam ini cepat berakhir. Atau kalau bisa, dirinya akan berlari ke planet lain sekarang juga.
Dirinya hanya tak ingin mempermalukan nama keluarganya untuk kedua kalinya di hadapan keluarga baginda raja. Gadis itu akan berusaha semampunya untuk tidak kembali ke rumah dengan membawa masalah lagi. Meski mungkin di lain hari dia akan kembali membuat masalah.
27. Bersandiwara
Pesta para gadis sedang digelar. Tentunya terlihat banyak gadis telah memenuhi area sekitar istana kerajaan. Nivea dan Seri juga telah tiba disana. Seri tetap mengekor di balik tubuh Nivea, meski Nivea terlihat sedang berbincang bersama beberapa orang gadis yang dikenalnya.
Nivea tak mau terpisah dari pelayan pribadinya itu.