"Tunggu Rodrigues!"
"Hmm. Apa Matias?" dia menoleh heran kepada Matias di sampingnya.
"Apa aku tidak salah lihat? Apa yang dilakukan pangeran Edmund disini?" Matias mengarahkan pandangannya kepada pangeran Edmund yang tampak sedang berjalan seorang diri di dekat pintu masuk. Dia berjalan dengan santainya, tanpa seorang pengawal mengekor di belakangnya.
"Ah, kau benar Matias! Itu benar-benar pangeran."
"Kalau dia berkeliaran di sekitar sini, aku tak bisa ikut ke dalam sana Rodrigues. Dalam acara perjamuan makan malam di istana, kami sempat berbincang. Dia akan merasa aneh jika melihatku berada disini."
"Baiklah! Aku akan masuk sendiri lagi. Dan... berikan alat memotret itu padaku! Aku akan menyembunyikannya di dalam jaket ini."
Mereka bergeser ke balik dinding yang tak jauh dari tempat mereka berdiri. Matias mengeluarkan alat memotret dari dalam tas jinjingnya, dan mengalungkan talinya ke leher Rodrigues. Buru-buru Rodrigues kembali menutup rapat jaket cokelatnya yang tampak longgar. Mereka pun lantas berpencar disana.
"Selamat pagi nona!"
"Selamat pagi tuan! Ah, saya lupa menanyakan nama Anda kemarin."
"Saya tuan Barney, nona. Saya ingin kembali menemui tuan Keith, apakah beliau ada di tempatnya?"
"Beliau ada, tuan Barney. Silahkan saja Anda naik."