"Itu benar, Matias. Bukankah nona Nivea pernah menjadi adik kelasmu?"
"Ah, itu.. itu benar Ibu."
"Pasti duke Eduardo sangat senang karena anak gadisnya telah terpilih." ucap count Antonio.
Matias menyembunyikan kekecewaannya. Lelaki itu tak menduga bahwa Nivea akan berubah pikiran. Hanya dalam hitungan hari yang lalu, gadis itu mengatakan padanya bahwa dia tidak menyukai pangeran Edmund. Tapi kenapa tiba-tiba saja dia mau menerima keputusan pangeran.
Memang rasanya tidak mungkin jika Nivea kembali mempermalukan pangeran di hadapan orang yang lebih banyak. Tapi, jika Nivea benar-benar telah setuju dengan keputusan itu, artinya Matias tak punya harapan lagi. Keputusan itu telah diumumkan di hadapan seluruh gadis yang hadir tadi malam. Yang ada, dirinya harus terpaksa mengaku kalah. Dia harus merelakan Niveanya.
Matias mengatakan pada tuan Luigi bahwa dia tidak jadi minta diantar ke perkebunan. Dia lantas minta diantarkan ke rumah Rodrigues.
Beberapa menit kemudian dia telah sampai di rumah sahabatnya itu.
"Maaf aku mengganggumu pagi-pagi Rodrigues."
"Tidak masalah! Kau tidak ke perkebunan?"
Matias menggeleng, "Aku ingin melanjutkan pencarian kita. "
"Ah, kau sudah mencetak hasil gambar itu?"