Lalu setelah mengambilkan sebotol limun dan gelas untuk nonanya, Clara kembali menghampiri Nivea yang sedang berdiri sambil mengaduk adonannya di atas meja.
"Ini limun Anda, nona."
"Letakkan disitu! Terima kasih Clara."
Clara pun mengangguk dengan senyumnya yang tulus. Sekejap saja dirinya menghilang, dia baru ingat untuk membawakan alat pembuka botol untuk Nivea. Namun ketika dirinya kembali dengan alat itu, dia cukup terkejut.
"Ah, nona. Kau sudah meminumnya?" gadis itu melongo mendapati Nivea yang cukup sembrono menenggak langsung limunnya dari dalam botol. Dan kalimatnya itu membuat Nivea tersentak kaget.
"Ah.. Itu. Hahaha. Maaf kalau aku tidak sopan. Aku malas menuangnya ke gelas."
"Hmm.. Tapi, maksud Saya... bukan itu nona. Bagaimana cara Anda membuka tutup botol yang masih bersegel itu? Bukankah botol tadi harus dibuka menggunakan alat? Kita tidak menjual limun dengan model botol yang tutupnya mudah diputar, nona."
Sesaat Nivea terdiam, menelan ludah. "Benarkah? Aku.. Aku juga tidak ingat bagaimana caraku membukanya tadi. Iya.. Aku tidak ingat. Hahaha. Ayolah Clara, kembali pada pekerjaanmu!" Nivea berkacak pinggang.
"Ba.. baik nona." dengan wajah keheranan Clara menjawabnya terbata.
Dua jam kemudian Nivea telah memasuki area depan tokonya sambil membopong nampan kayu berisi beberapa buah roti manis.
"Susun ini, Seri!" titahnya menyerahkan nampan itu ke tangan Seri. Dia pun berdiri di balik meja pemesanan, menggeser Seri yang sejak tadi berada disana.