"Kau ini! Apa kau tidak jadi ke toko roti milik nona Nivea?"
"Aku kesana. Tentu aku pergi kesana. Tapi, aku langsung pulang setelah menyantap rotiku. Aku benar-benar tidak ingat membelinya untukmu."
"Huh. Bagaimana bisa kau begitu?" ucapnya dengan wajah cemberut. "Kalau begitu, aku permisi ke dalam dulu, Daniel." dengan senyum tipis gadis bergaun biru itu berlalu kembali ke dalam rumah.
***
Nivea telah menukar gaun kuning yang tadi pagi dikenakannya ke toko, dengan gaun berwarna hijau. Seri juga sudah selesai menata rambutnya dengan model sanggul yang pantas untuknya menghadiri undangan makan malam di istana. Nivea bangkit dari kursi meja riasnya, melangkah anggun menghampiri kedua orang tuanya yang menunggu di ruang tamu kediaman mereka.
"Ayo kita pergi sekarang! Ah, biarkan Seri ikut bersamaku. Dia akan menemaniku di kereta."
"Hmm. Baiklah! Terserah kau saja, Nivea." jawab sang Ayah.
Dan kemudian mereka pergi dengan kereta kudanya masing-masing. Nivea bersama Seri menggunakan keretanya yang dikemudikan tuan Willy. Sedangkan duke Eduardo dan duchess Elvira pergi menggunakan keretanya yang lain. Kereta mereka beriringan menuju ke istana yang terletak di sisi barat kota itu.
Dengan sangat baik keluarga kerajaan itu menyambut tamu undangannya yang telah melangkah, memasuki ruang utama dalam bangunan istana itu.
"Salam hormat, semoga keberkahan dan kebahagiaan mengalir untuk Anda, yang mulia baginda raja dan keluarga." dengan sedikit membungkuk duke Eduardo memberi salam hormatnya di hadapan baginda raja dan permaisuri. Tak ketinggalan tampak pangeran serta tuan putri di balik tubuh permaisuri.
Begitupun duchess Elvira dan putrinya yang sedikit membungkuk mengikuti gerakan duke Eduardo. Sedangkan pelayan pribadi yang dibawa Nivea, menunggu di halaman depan istana bersama para kusirnya.