Matias memilih diam, sorot kedua mata cokelatnya kembali memandang keluar jalan melalui jendela kecil di sampingnya.
Hingga tanpa terasa kereta kuda yang mereka tumpangi telah sampai di perkebunan anggur tujuan mereka. Rodrigues mengekor di balik tubuh Matias yang sudah siap membantunya melakukan penelitian dengan peralatan yang dibawa oleh Rodrigues.
***
Sore hari yang teduh telah tiba. Martha Virginia Lawrence menghadiri undangan perjamuan teh di kediaman duchess Valerie yang merupakan Ibu dari seorang pemuda bernama Daniel, salah satu temannya semasa di sekolah.
“Selamat sore duchess Valerie, Saya mengucapkan terima kasih atas undangan Anda. Suatu kehormatan Saya dapat berkunjung ke kediaman Anda.” Martha sedikit membungkuk di hadapan sang tuan rumah.
“Ah, selamat sore nona Martha. Saya juga sangat berterima kasih, Anda sudah mau repot-repot datang kemari.”
“Tidak nyonya, tentu bukan hal yang merepotkan bagi Saya. Saya sangat senang Anda sudah mengundang Saya dalam perjamuan ini.”
“Selamat sore semuanya. Maaf kalau aku kurang sopan.” Nivea sedikit membungkuk di hadapan dua orang yang sedang berbincang itu. Dirinya baru saja tiba dengan mengenakan gaun berwarna lilac dengan sedikit taburan mutiara pada bagian dadanya.
“Ah, kau sudah tiba, nona Nivea.”
“Terima kasih atas undangan perjamuan dari Anda duchess Valerie. Aku sangat menghargai undangan Anda. “
“Ya, semoga kalian menikmati perjamuan yang sederhana ini.” jawab sang tuan rumah diiringi senyum tipisnya. “Kalau begitu, Saya akan menyapa yang lainnya dulu. Kalian berbincanglah!”