“Nona, Anda baik-baik saja?” tanya Seri yang muncul dari arah dapur.
“Hmm!”
“Ah, selamat sore nona. Kau ingin roti yang mana?” Seri mengalihkan pandangannya kepada seorang gadis bergaun hijau yang menghampiri etalase.
“Aku mau roti... Ah, itu Anda nona Nivea?” kedua mata yang sedang menjelajah seisi etalase akhirnya dapat menangkap keberadaan Nivea yang masih berdiri setengah membelakangi etalase roti itu.
Diiringi senyum, Nivea membalikkan tubuhnya ke arah gadis itu.
“Biar aku saja.” ucapnya lirih pada Seri sehingga Seri bergeser dan kembali ke dapur.
“Selamat sore nona Martha. Apa kau akan duduk disini untuk menikmati roti dan limun kami?”
“Sore nona Nivea. Aku ingin membawa pulang beberapa roti untukku dan kakak.”
Nivea membulatkan kedua matanya, senyumnya menipis, “Ada apa dengan Matias? Semua orang ingin membelikannya roti hari ini.” batinnya.
“Kakak ku sedang kurang sehat, nona.”
“Hah, apa? Ah, baiklah. Jadi, kau mau roti yang mana nona? Apa nona Martha bisa mendengar apa yang ku ucapkan dalam hati? Ah, tidak tidak..” batinnya lagi-lagi mengaduh.