Nivea menghela nafas, "Entahlah Seri! Aku begitu sering memimpikan Kakek. Tapi, semalam rasanya... beliau begitu dekat dan aku merasa itu sangat nyata."
"Apa beliau mengatakan sesuatu?"
Nivea mengangguk, "Tak hanya bicara tapi... kali ini beliau menunjukkan sesuatu padaku."
"Boleh Saya tahu, nona? Apa yang... ditunjukkan Kakek Anda?"
"Sebuah lukisan. Aku kira itu wajahku, tapi Kakek mengatakan bahwa gadis dalam lukisan itu adalah seorang pelayan kerajaan di tahun.... tahun... Ah, aku tidak ingat tahun berapa dia bilang."
"Anda yakin, nona?"
"Hmm. Ya, aku yakin Kakek mengatakan bahwa itu bukan diriku. Justru Kakek ingin mengatakan bahwa diriku yang sekarang adalah... gadis itu yang telah terlahir kembali."
"Apa? Maksud Anda, apakah Anda reinkarnasi dari seorang pelayan kerajaan?"
"Ya. Mungkin itu maksud Kakek. Tapi, untuk apa Kakek mengatakan hal itu padaku? Aku tidak mengerti, Seri."
"Anda tidak perlu terus memikirkannya, nona. Saya harap Anda tidak terganggu karena mimpi itu."
"Tapi Seri, apa kau ingat? Aku pernah bercerita padamu tentang bagaimana aku mengetahui kekuatan tanganku. Saat itu, Kakek yang lebih dulu mengetahuinya. Saat itu beliau masih sehat dan mengatakannya padaku di usiaku yang ke tujuh tahun."