“Iyo, kau lihat Siti tidak?” tanya Risadju.
“Pergi ke pantai, antar makanan,” jawab mereka.
Risadju pun kembali berkeliling sambil mencari sahabatnya, Siti. Suasana tepi pantai sangat ramai dengan jemuran ikan. Saat itu Jepang memang berfokus di Makassar sehingga jarang tentara Jepang berkeliling di Palopo. Meski demikian, aturan pemerintahan tetap berlaku di sana. Pasar ikan pun menjadi lebih ramai sejak pemerintahan Jepang karena pasokan sumber daya alam yang harus terus terkumpul.
“Yae, Risadju!” teriak Siti di ujung pantai. Risadju pun menghampirinya.
“Sudah beres?”
“Sudah, kenapa kau jauh-jauh ke sini? Kau akan lelah,” tanya Siti.
“Aehh,,, jangan kalah dengan semangat para pemuda, aku harus membawa mereka dengan semangatku,” ucap Risadju.
“Nippon masih melarang organisasi, kita tidak bisa bertindak dengan gegabah,” lanjut Siti.
“Aku berpikir untuk berkeliling ke daerah lain, bagaimana menurutmu?” tanya Risadju.
“Bersama?”
“Mungkin dengan keponakanku, mereka semua senang bepergian karena tugas kerajaan. Aku akan ikut bersama mereka,” jelasnya.