“Assalamu’alaikum, Opu Risadju, senang bertemu dengan Anda,” sapa Yahya.
“Wa’alaikumussalam, senang bertemu denganmu,” jawab Opu.
“Dia ini Yahya, pedagang yang sudah lama tinggal di Jawa,” ucap sang raja.
Raja mengenal Yahya sejak ia aktif membantu perekonomian Kerajaan Luwu. Sebagai pedagang yang telah lama tinggal di Jawa, ia mahir dalam berniaga dan paham betul bagaimana mengoordinir pasokan dagangan di masa pemerintahan Belanda. Tak hayal Opu pun bertanya-tanya tentang dirinya yang sangat aktif dalam bekerja.
“Selama di Jawa, apa saja yang kau lakukan sampai kau sangat aktif bekerja,” tanya Opu dengan heran.
“Saat ini, di Jawa banyak yang mulai membentuk organisasi untuk membalikkan keadaan tanah air, Opu,” jawabnya.
“Untuk melawan NICA?”
“Ya, kita tidak akan lepas dari NICA jika tidak mencoba untuk bersatu. Oleh karena itu, saya ikut Partai Syarekat Islam Indonesia atau PSII di Jawa. Dan ketika kembali ke sini, begitu antusiasnya pemuda lain untuk bergabung, sehingga saya mendirikan PSII cabang di sini. Semangat ini yang membuat saya terus aktif baik dalam berdagang juga berkegiatan,” jelasnya.
Opu Daeng Risaju sangat tertarik ketika mendengar hal tersebut. Terlebih, ini membuat keinginannya untuk melawan NICA semakin terarahkan. Ia bergabung dengan PSII di Parepare. Mempelajari banyak hal tentang politik dan propaganda yang telah terjadi. Saking senangnya, dia mulai berpikir untuk mendirikan organisasi ini di Palopo. Opu memikirkan strategi yang akan dilakukan untuk menarik perhatian masyarakat Luwu agar bergabung dengan PSII. Tak heran selama di Parepare dia sangat bersemangat dan penuh tanya.
Beberapa lama kemudian mereka kembali ke Palopo. Opu Risadju dengan giat mempropagandakan cita-cita PSII di daerah Luwu. Dia memperkenalkan PSII mulai dari keluarga, kerabat, teman, sahabat-sahabatnya dan perlahan tersebar ke masyarakat Luwu. Sontak mereka tertarik dan satu persatu mulai mendaftarkan diri untuk bergabung. Perekrutan ini terus berjalan hingga akhirnya pada 14 Januari 1930 Risadju berhasil mendirikan PSII Palopo.
“Anggota kita sudah banyak, kita harus meresmikan tongkat ini,” sahut Risadju.