“Aku butuh Opu sekarang juga!!!” tegas Balirante.
“Opu di dalam, dia sedang istirahat,” jawab penjaga itu.
Balirante pun masuk ke dalam ruangan dan mengetuk pintu kediaman pemangku adat,
“Hukkai pintune!! Opu!!” teriaknya lagi.
“Aga? Ada apa Balirante?” tanya sang pemangku adat.
“Ada apa? Setelah semua kejadian ini kau masih bertanya ada apa? Segera cabut hukuman yang diturunkan kepada Risadju, aku menentang keputusan itu!” ucap Balirante.
“Tindakannya membahayakan kerajaan, kau tahu? Berpikir jernihlah, Rante,” jawabnya.
“Sungguh, kau sudah termakan bujukan para anjing liar NICA, kau bahkan melupakan rakyat dan keluargamu sendiri,” keluh Balirante.
“Hei, apa maksudmu?!” bantah pemangku adat.
“Tujuanku masih berada dalam pemerintahan ini yaitu untuk memastikan keamanan rakyat dan seluruh keadilan, termasuk bagi keluargaku sendiri. Jika pemerintah berjalan untuk melenceng dari tujuanku, aku tidak akan segan-segan mundur dari kedudukan ini. Aku tidak akan pernah sudi menjadi babu dari anjing liar yang senang menjilat,” jelas dia.
“Bagaimanapun kerajaan akan tetap membuatmu ada di posisi ini, jangan egois, Rante.”