Andrea membantu Fiska kembali ke kamarnya. Kemudian mbok Nah menemani Fiska di kamar.
Kondisi ini membuat Andrea khawatir sehingga dia menelepon ayah dan ibu. Mereka sepakat untuk membawa Fiska ke rumah sakit. Ayah dan bunda meminta izin untuk pulang lebih awal agar dapat membawa Fiska ke dokter.
Fiska menjalani beberapa tes  CT Scan dan MRI dan biopsi untuk mengetahui penyakit yang dideritanya. Aku melihat adikku sangat sabar mengikuti berbagai tes. Wajahnya selalu senyum tak terlihat rasa sedihnya.
Berbeda dengan kami, khususnya bunda yang sangat cemas dengan kondisi Fiska. Bunda berusaha untuk tampak tabah di hadapan Fiska meski hati bunda sangat mengkhawatirkan kondisi putri semata wayangnya.
Saat itu dokter meminta Fiska untuk dirawat inap agar observasi dilakukan dengan lebih cermat.
"Penyakit apa yang diderita Fiska, Dok?" tanya ayah saat kami menemui dokter di ruangannya. Aku dan ayah sengaja tidak mengajak bunda yang sedang menemani Fiska.
"Dari hasil diagnosa dan hasil observasi, Fiska menderita kanker otak bagian depan (Frontal lobe) stadium tiga," ujar dokter hati-hati.
Ucapan dokter yang pelan itu terdengar seperti ledakan bom yang dahsyat buat kami. Andrea melihat wajah ayah yang tegang saat mendengar penjelasan dokter.
"Apakah adik saya dapat disembuhkan, Dok?" tanyaku penasaran.
"Sel kanker di otak Fiska sudah menjalar ke seluruh bagian otak depan. Hal itu memberikan tekanan kepada bagian otak tersebut sehingga Fiska sering merasakan sakit kepala yang luar biasa, muntah dan mual yang terus menerus. Saya juga melihat Fiska sudah merasakan gangguan di penglihatannya. Semoga dia bisa disembuhkan. Saya akan berusaha untuk mengobatinya," ujar dokter menambah rasa kekahawatiran kami.
Setelah mengikuti berbagai tes akhirnya dokter memberitahukan kepada kami bahwa Fiska memang benar terkena penyakit kanker otak depan stadium tiga. Fiska harus mengikuti terapi kemo dan meminum obat dengan teratur. Penyakit ini harus dibasmi sampai ke akar-akarnya. Jika tidak sel kanker akan kembali tumbuh dan muncul Kembali bahkan akan lebih ganas dibandingnya sebelumnya. Jika terlambat ditangani, penyakit ini akan meyerang muka si penderita.