Beberapa suster membereskan alat-alat kedokteran dan mencabuti selang-selang yang menempel di tubuh Fiska. Dokter Andrian mengajaknya keluar kamar ICU sambil terus menenangkan Andrea.
Tak lama kemudian ayah dan bunda tiba di depan ruang ICU. Andrea segera memeluk mereka. Melihat Andrea menangis bunda segera lari ke dalam ruang ICU.
Bunda memeluk jasad Fiska yang sudah terbujur kaku sambil menangis. Ayah dan Andrea mengikuti bunda yang menangis histeris.
"Fiska, Mengapa kamu meninggalkan bunda. Bangun Fiska," ujar bunda sambil menangis histeris.
"Bunda, ikhlaskan Fiska ya. Biarkan dia pergi dengan tenang. Ayah yakin ini pilihan yang diberikan Allah buat Fiska agar dia bahagia di sana," ujar ayah sambil mengangkat bunda dari tubuh Fiska.
 Seperti biasa ayah tampil dengan ketabahan dan kesabarannya yang luar biasa. Andrea yakin jauh di lubuk hatinya, ayah pun menangisi kepergian Fiska.
Kemudian beberapa suster membawa jasad Fiska ke ruangan jenazah untuk dilakukan pemulasaran. Andrea dan ayah mendampingi bunda yang terus menerus menangis.
Kepergian Andrea diiringi mentari yang tiba-tiba meredup. Alam seolah ikut berduka atas kepergian Andrea.
Siang itu juga jenazah Fiska dibawa pulang ke rumah. Saat mobil jenazah tiba, beberapa tetangga datang membantu untuk mengurus prosesi pemakaman Fiska.
Tubuh Fiska diletakkan di ruang keluarga yang luas. Beberapa ibu sedang mengaji untuk mendoakan kepergian Fiska. Rumah dan halaman dipenuhi oleh orang yang sedang takziah.
Mbok Nah tampak mondar-mandir untuk menyiapkan peralatan dibantu oleh beberapa ibu. Ayah pun sedang meminta bantuan pak RT untuk menyiapkan segala macam kebutuhan pemakaman. Alhamdulillah semua tetanggaku membantu kami.