"Abang membelikan tanaman mawar merah buat bunda. Mawar merah punya makna perasaan atau emosi yang mendalam berupa rasa cinta, kerinduan, penyesalan, ataupun harapan. Oleh karena itu abang senang membelikan bunda tanaman mawar merah ini. Taman ini akan dipenuhi dengan bunga mawar merah yang akan memberikan harapan untuk kita semua," ujar Andrea sambil berpura-pura memasukan bibit bunga mawar merah ini ke dalam pot. Padahal Andrea berusaha menghindari matanya yang akan mengalirkan bulir-bulir bening di kelopaknya. Andrea tidak mau kesedihannya akan terlihat oleh Fiska.
"Aku mau dong, Bang," pinta Fiska.
"Ya nanti saat tanaman ini mulai berbunga, akan diberikan bunga pertamanya untukmu," jawab bunda sambil memeluk Fiska.
Sejak percakapan itu kondisi Fiska semakin melemah. Fiska harus tetap tidur di atas kasur karena tubuhnya sudah tidak kuat lagi untuk diajak berdiri atau pun duduk. Bunda dan mbok Nah sangat telaten mendampingi Fiska di rumah.
Bunda sengaja resign dari pekerjaannya agar bisa merawat Fiska dengan sepenuh waktu. Bagi bunda, Fiska adalah segalanya sehingga bunda rela kehilangan pekerjaannya hanya untuk merawat Fiska. Sebuah perjuangan dari seorang ibu demi anak-anaknya.
Andrea sendiri menyibukan diri dengan merawat tanaman bunga mawarnya. Dia ingin agar bunga itu dapat segera berbunga. Setelah pulang kuliah, Andrea pasti akan cepat pulang. Dia juga menghentikan latihan bandnya demi menemani adiknya di rumah.
"Dokter Andrian ditunggu di ruang ICU, segera!" suara dari mikrofon rumah sakit terdengar keras dan cukup membuat Andrea tersadar dari lamunan masa lalunya.
Andrea melihat dokter dan beberapa perawat berlari ke arah ruang ICU. Andrea langsung tersentak. Jangan-jangan Fiska..
Andrea segera melihat dari jendela ruang ICU. Biasanya dia melihat kondisi Fiska dari balik jendela itu. Dia melihat beberapa dokter dan beberapa perawat sedang memberikan tindakan kepada Fiska.
"Ya...Allah. Fiska. Apa yang terjadi dengan Fiska?" Andrea berusaha untuk mengetahui apa yang terjadi dengan adiknya.
Dia berusaha masuk ke ruang ICU namun pintunya terkunci. Dia kemudian kembali ke jendela yang sudah tertutup gorden hijau. Andrea tidak bisa melihat apa-apa di dalam. Andrea hanya mampu terduduk di bawah jendela sambil berdoa untuk adiknya.