"Udah peluk aja! Jangan ditahan-tahan!" Kak Juwita memang selalu ceplas-ceplos kalau bicara. Tapi membuatku senang.
Bang Fannan langsung lari, dan memelukku, kemudian menggendongku berputar.
Kita tertawa bersama.Â
"Selamat yaa...!" Bang Fannan mengelus kepalaku sambil tertawa girang. Tentu sebagai guruku, dia pasti sangat bangga.
***
Babak demi babak sudah kulewati.
Aku hampir nyaris selalu dieliminasi. Huhuhu...Â
Benar-benar reality show ini sangat menegangkan.Â
Diantara semua peserta, bisa dibilang keahlianku sangat minimalis. Benar-benar tekad adalah modal utamaku.
Walaupun bersaing, para peserta akrab satu sama lain, kami saling bergurau, dan saling berbagi pengalaman memasak. Aku jadi belajar lebih banyak lagi. Setidaknya aku memiliki pengalaman.
Bahagia juga saat mendengar, Kak Darra sudah bisa memasak menu makanan di Wita, membantu Akilla.Â