Aku terkesiap sejenak, menyembunyikan senyumku, tapi tanganku menggandeng tangannya. Aku tidak berani menengadahkan kepalaku ke wajahnya, takut ini hanya fantasi. Aku hanya ingin menikmati saja.
***
Di tahun ini...
"Tika, saya daftarin kamu untuk ikut MasterCook". Kak Darra datang dengan wajah yang begitu sumringah.Â
"Kak! Aku belum bisa, belum PD", sergahku. Wah, Kak Darra benar-benar gila...
"Coba saja dulu! Jadi kan bisa tahu kemampuanmu sampai mana" Kak Darra menunjukkan gigi-giginya yang putih.
Yang benar saja... aku belum siap...
"Tapi, Kak, Wita nanti gimana, kalau aku ikut MasterCook?" Mengingat hanya aku dan Akilla yang bisa masak. Akilla sendiri tidak bisa setiap hari standby, kalau ada kelas kuliah offline.
Sejak skill masakanku meningkat, pengunjung Wita semakin banyak. Setiap hari ada saja orang yang datang untuk makan disini.
Apalagi Akila begitu rajin mempromosikan masakanku melalui sosial media, berikut dengan meminta review dari pembeli-pembeli yang datang.
"Tenang, itu bisa diatur. Yang penting kamu ikut. Coba dulu, siapa tahu ini pintu kesuksesanmu". Kak Darra begitu antusias, sambil menangkup wajahku yang bundar dengan kedua tangannya.Â