Dirasa situasi sedikitnya sudah terasa aman. Yani dan rekannya yang lain memutuskan untuk kembali pulang ke ke diamannya masing-masing. Namun ketika sampai di rumah, Pria itu tidak sama sekali mendapati sang istri. Rasa khawatir menyelusup ke dalam hati, ditambah Yayuk yang kala itu tengah mengandung di usia kandungan yang sudah tua. Segera saja Yani mencari keberadaan sang istri. Ketika mencari, hal yang ada dikepalanya adalah tempat pengungsian. Mungkin saja Yayuk berada disana, begitu pikirnya kala itu.
Sempurna seperti dugaanya. Sang istri ada di sana. Melihat kedatangan Yani, Yayuk tersenyum hangat, di wajahnya tersirat raut lega ketika melihat wujud Yani pada akhirnya. Yani menghampiri sang istri, ia memeluknya erat seraya mengecup keningnya dengan hangat.
“Syukurlah dirimu baik-baik saja.” Gumam Yani kala itu yang di hadiahi senyuman hangat oleh Yayuk.
Wanita itu mengangguk, “Syukur bahwa kita berdua sama-sama baik-baik saja.”
BAB III
Kehidupan dan Keluarga serta Kasih Sayang
Kini dua puluh satu tahun telah terlewati, kemerdekaan juga telah di dapatkan. Roda telah kembali berputar, walaupun banyak huru-hara yang masih perlu di urusi, tapi itu tidak menghalangi keluarga Ahmad Yani dalam menikmati kebahagiaannya. Ciri khas seorang Ahmad Yani sejak dulu yang kini ia usahakann untuk menurunkan hal tersebut kepada anak-anaknya. Perihal kesederhanaan, dirinya dan Yayuk berusaha mengajarkan kepada anak-anaknya agar selalu hidup sederhana dan tentunya tidak sombong dengan segala hal yang telah dimiliki.
Nilai-nilai kesederhanaan selalu ada di dalam setiap aktivitas kehidupan keluarga tersebut. Tentunya, selain nilai kesederhanaan yang diajarkan serta diterapkan, ada juga nilai persaudaraan yang Yani dan Yayuk berikan pada setiap anaknya, sehingga mereka paham apa itu rasa persaudaraan, rasa saling menyayangi dan mencintai antara satu sama lain sebagai keluarga. Keharmonisan dan kedamaian tersebut mulai tercipta dikala Yani dan keluarganya tinggal di Tegal setelah banyaknya konfllik yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, maka di masa-masa inilah keluarga Ahmad Yani mulai memiliki kedamaian yang utuh. Tepat pada saat itu pula Yani menjabat sebagai Komandan Resimen Gerakan Banteng Negara dalam Oprasi Penumpasan DI/TII Jawa Tengah.