Kala itu, di halaman belakang rumah, sembari melihat anak-anaknya bermain. Yani menikmati secangkir teh hangat yang Yayuk buatkan untuknya. Dari arah matanya saja terlihat bahwa Yani teramat sangat menyayangi anak-anaknya. Selain rasa sayang yang terpatri untuk ke tujuh anaknya tersebut, Yani juga terkenal sebagai seorang yang sangat menyangi seluruh anggota keluarganya. Meski sudah berkeluarga, Yani tidak pernah sekalipun melupakan kedua orang tuanya. Ia kerap kali mengunjungi mereka. Menyalurkan rasa rindu, walaupun semakin beranjak dewasan ada sedikit rasa canggung yang terselip dan dapat ia rasakan terhadap sang Ayah. Kendati demikian, tetap, tidak ada yang dapat menghalangi rasa sayang Yani kepada sang Ayah.
Â
    Kita semua tau bahwa Ahmad Yani tumbuh menjadi seorang yang luar biasa dengan latar Pendidikan yang sangat membanggakan. Hal tersebut tentunya berpengaruh terhadap pola asuh yang Yani gunakan kepada anak-anaknya. Pria itu, selain mengajarkan nilai kesederhanaan dan kasih sayang, tapi juga mengajarkan ke disiplinan dan ketegasan. Ahmad Yani juga lebih mengutarakan rasa sayang kepada anak-anaknya dengan menggunakan pergerakan secara langsung.
Â
    Pada awal tahun 1955, Ahmad Yani dikirim untuk kembali melanjutkan pendidikannya. Kali ini bukan di Indonesia melainkan lintas negara, tepatnya di Amerika, di Ommand and General Staff College, Fort Leaven Worth, Kansas, selama setahun lebih. Dengan terpaksa dirinya harus meninggalkan istri serta ke anak-anaknya yang lain. Bagi Yayuk maupun anak-anaknya, hal tersebut sangatlah wajar dan mereka tidak merasa keberatan atas itu semua. Mereka pun tahu, segala sesuatu yang Yani lakukan dan jalani adalah untuk negara. Karena Pendidikan juga dapat berdampak bagi masa depan negara.
Â
    Namun karena hal tersebut pula, dengan terpaksa Yayuk serta anak-anak harus pindah dari rumah yang mereka tempati. Hal tersebut dikarenakan rumah tersebut merupakan rumah dinas yang diberikan oleh negara untuk Ahmad Yani karena jabatan beliau yang kala itu merupakan seorang Komandan Resimen Pemberantasan DI/TII Jawa Tengah. Dengan lapang dada, maka mereka semua pindah kerumah yang ukurannya tidak lebih besar dari pada rumah dinas sebelumnya.
Â
    Selain rumah, kendaraan yang dimiliki hanya sepeda ontel. Bertepatan pada saat itu pula, anak-anak sudah mulai bersekolah. Melihat anak-anaknya tumbuh dengan baik, tentunya membuat Yayuk merasa bersyukur. Saking sayangnya ia terhadap anak-anaknya, menggunakan sepeda ontel, Yayuk kerap kali berkeliling ke sekolah tempat di mana anak-anaknya menuntut ilmu. Wanita itu selalu menjemput mereka, karena selain rasa kasih saying yang besar sebagai seorang Ibu. Kendati demikian, di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Yayuk kerap kali merasa khawatir. Takut-takut suatu hal terjadi, maka ia akan terus mengawasi pergerakan sang anak.
Â
    Biasanya, Yayuk akan menunggu anaknya di bawah pohon rindang, selain untuk menjemput, Wanita itu juga kadang membawakan bekal berisi roti dengan olesan selai untuk anaknya. Anak sulung dari Ahmad Yani dan Yayuk, Indrian Ami Rullian, atau akrabnya adalah Rulli. Gadis kecil itu selalu merasa terharu tiap kali melihat sang Ibu yang sudah dalam posisinya, meneduh di bawah pohon rindang, menunggu dirinya keluar untuk pulang bersama atau singkatnya datang untuk menjemput. Bagi Rulli sendiri, Ibunya merupakan sosok yang hebat serta kuat. Karena bisa menangani segala sesuatu tanpa ada Suami disisinya. Ia kerap kali merasa salut atas segala perjuangan sang Ibu. Disamping hal tersebut, gadis kecil dan saudara-saudaranya yang lain tetap memaklumi ke-bsenan sang Ayah yang jarang sekali berada di rumah karena banyak sekali kasus negara yang tak pernah ada habisnya bahkan setelah tahun kemerdekaan.