BAB I
Asal Muasal Jiwa Kepemimpinan yang Kuat
Kaki kecil itu berlari dengan tergesa, menyusuri lorong di kediamannya hingga akhirnya tiba pada hamparan luas halaman depan rumah. Matanya awas mengintai seperti mata elang, dengan lidi di tangan, dilihat anak-anak seusianya kini telah berbaris rapih membentuk barisan. Ia edarkan pandangannya sekali lagi, melihat kesekeliling, takut-takut ada barisan yang tidak mendapatkan perhatian berujung tak rapih. Merasa kurang yakin, kedua kaki kecil itu kembali melangkah menyusuri sela-sela barisan. Lalu pada akhirnya mengangguk puas seraya tersenyum bangga. Layaknya seorang pemimpin, ia pimpin pasukan berbentuk barisan tersebut. Berlagak seperti Jendral dengan kedua tangan yang saling bertautan di belakang punggungnya.
Mungkin banyak yang bertanya, siapa gerangan anak kecil dengan jiwa seperti pemimpin itu?
Namanya Ahmad Yani, anak sulung dari sepasang Suami Istri, Sarjo dan Istrinya, Martini yang lahir pada 9 Juni 1922 di Powerejo, Jawa Tengah. Sejak kecil, anak dari sepasang Suami Istri itu sudah mempunyai jiwa kepemimpinan yang sangat besar. Terbukti dengan lakon yang ia gawaikan Ketika bermain dengan teman-temannya di halaman depan rumah. Lidi yang biasanya ia gunakan sebagai alat, merupakan senjata khas yang selalu di bawa kemana-mana. Sangat cerdik serta disiplin. Ahmad kecil selalu menjadi pemimpin bagi teman-temannya.
Suatu ketika di sore hari, Ahmad kecil duduk di kursi kosong yang berada tepat di sebelah Ayahnya. Sadar ada yang ingin anaknya sampaikan, Sarjo membuka suara, lantas bertanya pada anak sulungnya itu,
“ada apa?” Tanya sang Ayah pada Ahmad kecil.