Anas membuka pembicaraan, katanya dia baru mendapatkan teman wanita baru. Putih, mulus, bohai, sexi, rambut panjang. Sesuai dengan tipenya. Dan beruntungnya dia adalah pegawai baru di perusahaan travelnya.
Sejujurnya aku tidak peduli. Tapi sebagai tanda pertemanan, aku dan heru hanya senyum saja.
Aku yakin, tidak ada yang bisa menandingi maya. Bagiku semua wanita kalah kalau disandingkan dengannya. Apalagi wanita yang sedang dibicarakan oleh anas ini.
Tapi anas tidak mau memperlihatkan fotonya kepada kami. Nama pun tidak. supaya surprise katanya.
Ah biarkan sajalah. Mungkin sama seperti wanita-wanita sebelumnya yang pernah didekati anas. Matre, menor dan blablabla. Dan esoknya putus karena dimanfaatkan.
Tapi kata anas beda. Wanita ini diyakininya berbeda dengan mantan-mantannya sebelumnya. Dia merasakan itu dari pesona dan kecantikan wajahnya. Pokoknya berbeda. Ah terserahlah.
Walaupun demikian, malam ini seperti dengan malam-malam sebelumnya. Kami hanya ngobrol bertiga. Ngelantur tidak karuan. Tanpa ditemani oleh sosok wanita yang merupakan pasangan kita masing-masing.
Kemudian anas menyeletuk kepada kami. Seakan memberi perlombaan.
“Bagaimana kalau kumpul besok kita harus membawa pasangan masing-masing” katanya.
Aku dan heru saling tengok. Heran dengan celetukan anas.
“Siap, siapa takut” heru menjawab.