“Bu Astuti.”
Dan bumi tempat pijakan Rida langsung bergoyang. Membuat kaki Rida tak mungkin bisa menopang tubuhnya. Rida betul-betul kaget. Karena Astuti adalah nama ibunya.
Wajah itu begitu tenang. Dibaringkan di atas meja. Seperti ada seberkas senyum yang tertinggal di wajahnya.
“Hari-hari terakhir ini memang dia selalu tersenyum. Kamu yang selalu menyuapinya, ya?” kata Bu Narsih.
Rida hanya mengangguk.
“Kamu siapanya?”
“Anaknya,” jawab Helga.
“Pantas. Dia memang selalu bercerita tentang anaknya yang mungkin sudah sebesar kalian. Dia selalu merasa kamu itu anaknya. Dan dia selalu merasa siap mati karena sudah bisa ketemu kamu,” kata Bu Narsih.
“Tapi ....”
“Yang penting kamu sudah bisa berbakti, Rid,” hibur Helga.
Langit pun pecah. Mendung yang dari tadi mengurung, mendadak tertumpah. Bahkan petir terasa begitu aneh. Tapi tak segemuruh hati Rida.