Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Petualangan Cinta Air dan Api

31 Desember 2018   09:25 Diperbarui: 31 Desember 2018   09:41 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Madaharsa, persoalan Putri Anjani membantu pemberontakan Blambangan akan kami selesaikan sebagai masalah Galuh Pakuan.  Akan ada hukuman yang dijatuhkan setelah ada pengadilan yang adil terhadapnya.  Hal ini akan disampaikan secara resmi kepada Majapahit.  Sehingga menduga seolah Galuh Pakuan ada di belakang tindakannya adalah praduga yang mengada ada dan sengaja ingin membenturkan dua kerajaan dalam permusuhan yang tidak perlu."

Madaharsa tidak mau kalah.  Kali ini dia harus bisa memancing pernyataan yang salah dari pangeran ini.  Mumpung banyak saksi.  Apalagi semua yang bertempur telah menghentikan pertempuran.  Tertarik menyaksikan adu pendapat yang sangat peka ini.

"Pangeran yang baik.  Tentu saja itu menjadi masalah bagi Majapahit.  Jika kau sebagai wakil Galuh Pakuan menyampaikan bahwa kalian tetap berniat melindungi pemberontak Majapahit, maka itu sama saja dengan menodai persahabatan antar kerajaan yang telah terjalin lama.  Dan itu sama saja dengan mengajak bermusuhan."

Andika Sinatria menghela nafas panjang.  Masalah ini menjadi semakin rumit karena dia tahu kesalahan ada di pihak Putri Anjani.  Di sisi lain, dia tidak mungkin membiarkan Putri Laut Utara itu dibawa ke Majapahit untuk diadili.  Hukuman bagi seorang pemberontak jelas adanya, hukuman mati!  
Apalagi Putri Anjani dilihatnya sedang terluka cukup parah.  Pangeran ini sadar, orang di hadapannya ini sedang memancing permusuhan terbuka dengan semua pernyataannya.  Belum sempat pangeran ini menjawab, sebuah suara halus menyela.

"Madaharsa, ijinkan kami mengatakan.  Kesalahan yang dibuat oleh Putri Anjani adalah kesalahan pribadi.  Tidak ada sangkut pautnya dengan Galuh Pakuan.  Baginda Raja tidak pernah memberi ijin Putri Anjani untuk membantu pemberontak Majapahit.  Namun demikian, karena Putri Anjani adalah salah satu kepala pengawal istana, keselamatannya adalah tanggung jawab kami.  Jika kau berkeras untuk mengadili dan menghukumnya, maka itu harus dengan persetujuan raja kami.  Barulah adil namanya."

Semua orang berpaling ke asal suara.  Seorang pemuda tampan yang terlihat halus dan terpelajar berbicara dengan lembut.

Madaharsa tertegun sejenak. Menatap si pemuda dan berkata,"dan kau adalah....?"

"Aku adalah Pangeran Bunga.  Putera Baginda Raja Galuh Pakuan.  Adik tiri kakakku yang gagah dan mulia, Andika Sinatria." 

Madaharsa manggut manggut sambil mengerutkan kening.  Sepertinya sedang berpikir keras.

"Baiklah, aku paham apa yang kau maksudkan pangeran muda.  Begini saja agar adil, kami akan menangkap dan membawa Putri Anjani ke Ibukota Majapahit.  Dewan Hakim akan memutuskan apakah gadis ini boleh disidangkan di Galuh Pakuan atau tetap di Majapahit."

Andika mengerutkan keningnya dalam dalam.  Ini adalah sebuah tantangan baginya untuk memutuskan.  Madaharsa memancingnya dengan sengaja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun