Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Petualangan Cinta Air dan Api

31 Desember 2018   09:25 Diperbarui: 31 Desember 2018   09:41 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Maaf Madaharsa, aku pikir itu sudah menjadi keputusanku untuk menjaga hubungan baik dan kewibawaan antara Majapahit dan Galuh Pakuan, maka Putri Anjani yang memang bersalah akan kami sidang di pengadilan Kerajaan Galuh Pakuan."

Madaharsa tersenyum gembira mendengar pernyataan Andika Sinatria.

"Baiklah pangeran.  Sudah jelas sekarang bagaimana sikapmu yang sama sekali tidak menghargai kedaulatan Majapahit.  Aku akan melaporkan hal ini ke Mahapatih Gajahmada.  Banyak saksi di sini yang mendengar semua kata katamu."

Madaharsa melanjutkan sambil masih tersenyum setengah mengejek.

"Sedangkan keputusan mengenai pengadilan Putri Anjani adalah tetap. Kami akan tetap menangkapnya.  Sukarela atau dengan paksa."

Madaharsa menganggukkan kepala kepada Maesa Amuk dan Siluman Lembah Muria.  Dua tokoh Sayap Sima itu tak ayal langsung saja bergerak ke arah Putri Anjani yang masih tergeletak tak berdaya.  Andika Sinatria menghadang kedua tokoh tersebut.  Pemuda ini bersiaga melindungi Putri Anjani.  Tentu saja Maesa Amuk dan Siluman Lembah Muria tak mungurungkan niatnya.  Pecahlah pertarungan di antara mereka dengan Andika Sinatria. 

Melihat hal ini, Raja Iblis Nusakambangan maju untuk meringkus Putri Anjani.  Kali ini yang maju melindungi Putri Anjani adalah Arya Dahana. Terjadilah gelanggang pertempuran kedua antara Raja Iblis Nusakambangan melawan Arya Dahana. 

Putri Anjani yang tak berdaya namun masih tetap sadar, melihat Resi Amamba tiba tiba telah berdiri di hadapannya dan mengulurkan tangan untuk melumpuhkannya dengan totokan.  Gadis ini hanya bisa memandang dengan pasrah.

Kembali upaya untuk melumpuhkan Putri Anjani gagal.  Dyah Puspita menangkis totokan Resi Amamba dengan sigap.  Tokoh yang berjuluk Resi Bertangan Baja ini menggeram marah.  Dia langsung saja menyerang Dyah Puspita dengan kemarahan yang meluap.

Tubuh Hulubalang Kelabang melesat ke depan.  Sima Lodra dan Ayu Wulan tanpa ragu ragu menerjang Hulubalang Kelabang yang memang berniat melumpuhkan Putri Anjani.  Pecah lagi pertempuran babak kedua di antara mereka.  Diikuti juga dengan pertarungan  aneh antara Bledug Awu Awu melawan Nyai Genduk Roban.

Yang tersisa tinggal Madaharsa.  Tokoh sesat ini tersenyum kecil. Dengan santainya maju ke arah Putri Anjani yang sudah tidak punya pelindung lagi. Namun langkah tokoh sesat tertahan sejenak.  Pangeran Bunga berdiri di hadapannya sambil membungkuk hormat dan berkata lirih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun